REPUBLIKA.CO.ID, oleh Nawir Arsyad Akbar, Febrian, Dessy Suciati Saputri, Fauziah Mursid
Wakil Ketua DPR Sufmi Dasco Ahmad meminta pemerintah mewaspadai dan mengantisipasi hadirnya hepatitis misterius. Harapannya, penyakit tersebut tak menjadi pandemi seperti Covid-19.
"Mudah-mudahan soal hepatitis ini tidak seperti Covid yang kemudian menjalar kemudian menjadi pandemi, dan kita minta kepada Kemenkes. Dalam hal ini untuk lebih serius menangani masalah ini," ujar Dasco di Gedung Nusantara III, Kompleks Parlemen, Jakarta, Senin (9/5/2022).
DPR, jelas Dasco, akan menginstruksikan Komisi IX untuk berkoordinasi dengan Kementerian Kesehatan (Kemenkes). Rencananya setelah masa reses, Komisi IX akan menggelar rapat dengan kementerian terkait untuk membahas hal tersebut.
"Kita akan minta komisi teknis terkait dalam hal ini Komisi IX untuk melakukan koordinasi dengan mitranya, yaitu Kemenkes. Untuk kemudian mencari tahu sebab atau pun kemudian hal yang menimbulkan hepatitis ini," ujar Dasco.
Kekhawatiran kasus penularan hepatitis akut anak menjadi pandemi didasari penyebaran di beberapa negara termasuk Indonesia. Di Tanah Air, setelah temuan tiga kasus kematian di RS Cipto Mangunkusumo, kasus kematian dengan gejala mirip penyakit hepatitis juga ditemukan di Sumatera Barat.
Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Sumatra Barat, Lila Yanwar, mengatakan pihaknya menemukan kasus kematian bayi berusia 1 bulan 29 hari yang gejalanya mirip penyakit hepatitis. Lila menyebut pihaknya masih belum mendapatkan penyakit pasti yang mengakibatkan kematian bayi asal Kabupaten Solok itu.
“Dia gejalanya seperti hepatitis A, tetapi tidak cocok pemeriksaan laboratoriumnya dengan hepatitis A. Sehingga kita sebut dengan hepatitis unknown etiology,” kata Lila di Padang, Senin (9/5/2022).
Lila menyebut Balita yang menderita gejala mirip hepatitis itu meninggal pada Senin (2/5/2022) lalu. Ia sempat dirawat di Rumah Sakit Hermina, Kota Padang. Pasien ini merupakan rujukan dari Kabupaten Solok.
Menurut dia, gejala hepatitis yang dialami bayi itu adalah penyakit kuning, demam, gangguan pencernaan dan diare.
“Baru satu ini ditemukan, tapi ini kasus suspek, ya. Baru diduga. Ada pemeriksaan lain yang harus dilakukan, tapi anaknya keburu meninggal. Dan pemeriksaan itu baru kita dapat dari Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) beberapa hari lalu,” ucap Lila.