REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Kementerian Kesehatan memastikan akan terus memantau perkembangan kasus Covid-19 pasca libur Lebaran 2022. Sekretaris Direktorat Jenderal Kesehatan Masyarakat Kementerian Kesehatan Siti Nadia Tarmizi mengatakan, pihaknya akan terus memantau dalam beberapa hari ke depan untuk melihat bagaimana kasus di Indonesia dan menentukan kebijakan apa yang akan di ambil.
"Kami akan lihat (perkembangan kasus) 7-10 hari pascamudik ya," kata Nadia saat dikonfirmasi, Ahad (8/5/2022).
Nadia mengatakan, bila terjadi lonjakan kasus dalam waktu tersebut, maka pihaknya akan memaksimalkan testing dan tracing. Hal tersebut akan terus dilakukan untuk menekan laju penyebaran dan memberikan kesiapan untuk fasilitas kesehatan, serta sarana dan prasarana yang ada.
"Kami akan lihat level PPKM dari masing-masih daerah untuk menentukan pembatasan apa yang perlu dilakukan," tutur Nadia.
Hal senada diungkapkan Epidemiolog dari Universitas Griffith Australia Dicky Budiman. Menurutnya, bila ada lonjakan kasus pasca libur lebaran, maka baru akan terlihat sebulan lagi. Waktu tersebut menurutnya paling ideal mengingat pemerintah juga mewajibkan pemudik untuk memeroleh vaksinasi dosis ketiga atau Booster sebelum melakukan aktivitas mudik Lebaran.
"Untuk mengetahui kasus covid-19 efek dari libur Lebaran, baru akan terlihat sekitar sebulan, tapi hal ini juga tergantung seberapa baik kemampuan deteksi karena kembali," kata Dicky Budiman kepada Republika, Ahad (8/5).
Dicky melanjutkan, meskipun menjadi syarat dalam perjalanan mudik Lebaran, namun belum diketahui secara pasti siapa saja yang telah mendapatkan booster. Selain itu, vaksinasi juga bukan menjadi satu-satunya faktor amannya perjalanan mudik Lebaran 2022 dari ancaman covid-19, tapi juga ada pengaruh ventilasi dan sirkulasi udara, serta tingkat kerumunan.
Dicky terus mengingatkan untuk tetap waspada, meskipun hanya ada 10 persen hingga 20 persen orang yang terinfeksi. Pasalnya, momen mudik dan balik, adalah waktu di mana kerumunan orang akan bergerak bersamaan.
Lebih lanjut ia menjelaskan, efektifitas penularan dalam kerumunan tergantung pada seberapa banyak orang yang mendapat vaksinasi. Ia mengatakan, tidak perlu 100 persen, sekitar 70 atau 60 persen juga relatif akan menjadi barrier, apalagi kalau sampai 100 persen.
"Oleh karena itu, semua berharap vaksinasi yang dilakukan beberapa waktu belakangan tidak akan sampai memberi efek negatif pada perkembangan penanganan covid-19," tegas Dicky.
Berdasarkan data Kemenkes RI, kasus harian positif Corona pada Ahad (8/5) sebanyak 227 kasus.Adanya penambahan sebanyak 227 kasus ini, sehingga total positif Corona di Indonesia menjadi 6.048.431 kasus. Sebanyak 6.192 adalah kasus aktif.
Daerah yang melaporkan kasus COVID-19 terbanyak dalam 24 jam terakhir adalah DKI Jakarta sebanyak 78 kasus dan posisi kedua kasus terbanyak adalah Jawa Barat, yaitu 45 kasus positif. Selain itu, sebanyak 12 provinsi nihil kasus baru.