Jumat 06 May 2022 13:55 WIB

Epidemiolog: Dampak Mudik Lebaran terhadap Kasus Covid-19 Terlihat dalam 2 Pekan

Saat ini, kecenderungan masyarakat untuk melakukan pemeriksaan Covid-19 menurun.

Rep: Fauziah Mursid/ Red: Ratna Puspita
Ilustrasi. Epidemiolog dari Universitas Griffith Australia Dicky Budiman menilai dampak dari mudik lebaran pada tahun ini terhadap peningkatan kasus Covid-19 sebenarnya bisa dideteksi dalam waktu dua pekan.
Foto: www.freepik.com
Ilustrasi. Epidemiolog dari Universitas Griffith Australia Dicky Budiman menilai dampak dari mudik lebaran pada tahun ini terhadap peningkatan kasus Covid-19 sebenarnya bisa dideteksi dalam waktu dua pekan.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Epidemiolog dari Universitas Griffith Australia Dicky Budiman menilai dampak dari mudik lebaran pada tahun ini terhadap peningkatan kasus Covid-19 sebenarnya bisa dideteksi dalam waktu dua pekan. Sebab, varian omicron yang mendominasi kasus Covid-19 beberapa waktu terakhir memiliki penularan yang cepat.

"Dua minggu pun bisa terdeteksi karena di era Omicron ini orang terinfeksi itu cepat, nggak menunggu 1-2 minggu, bisa 3-4 hari terdeteksi," ujar Dicky dalam keterangannya, Jumat (6/5/2022).

Baca Juga

Namun, cepatnya penularan Covid-19 ini harus didukung dengan kemampuan deteksi maupun inisiatif masyarakat untuk mendeteksi Covid-19. Sebab saat ini, kecenderungan masyarakat untuk melakukan pemeriksaan menurun.

"Jangankan di Indonesia, di belahan dunia ini menurun, di tengah euforia di tengah rasa percaya diri terhadap efektivitas imunitas yang terbentuk," katanya.

Menurutnya, jika berlebihan maka kondisi ini akan berbahaya karena tidak bisa mendeteksi pergerakan virus Covid-19 maupun perubahan karakter virus. Khususnya, kepada kelompok rawan dan yang belum memiliki imunitas.

Karena itu, kesadaran untuk peduli terhadap kesehatan masih sangat penting di tengah pandemi yang belum berakhir. Sebab, dalam jangka panjang, kondisi ini akan menimbulkan masalah baru seperti fenomena hepatitis yang terjadi pada kelompok anak yang belum mendapat vaksinasi.

"Sekarang ini dampak dari peningkatan kasus pascamudik dan balik tidaklah secepat ketika dua lebaran sebelumnya, tetapi bukan berarti pandemi telah berakhir, namun karena bariernya skrg sudah bertambah dengan cakupan imunitas yang lebih banyak," ujarnya.

Ia mengingatkan, terdapat daerah-daerah di wilayah Indonesia yang cakupan vaksinasinya masih rendah. Meski gejala varian Covid-19 saat ini tidak separah seperti awal-awal kemunculannya, kewaspadaan bagi kelompok rawan harus tetap ada.

Apalagi, ada kecenderungan berkembangnya varian-varian menimbulkan keparahan bagi kelompok yang rawan. "Tapi yang harus diwaspadai dia cenderung pada kelompok yang belum mendapat vaksinasi yang memadai, bisa repot, lansia, anak di bawah 5 tahun mereka bisa terdampak," ujarnya. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement