REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Dunia dihebohkan dengan kemunculan Hepatitis baru yang misterius pada anak. Virus yang pertama ditemukan di Inggris ini, kini sudah menyebar di 11 negara termasuk di antaranya Singapura dan Indonesia.
Kementerian Kesehatan RI pun telah meningkatkan kewaspadaan dalam dua pekan terakhir setelah Badan Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan Kejadian Luar Biasa (KLB) pada kasus Hepatitis Akut yang belum diketahui penyebabnya itu. Kewaspadaan tersebut meningkat setelah tiga pasien anak yang dirawat di RSUPN Dr. Ciptomangunkusumo Jakarta dengan dugaan Hepatitis misterius ini meninggal dunia, dalam kurun waktu yang berbeda dengan rentang dua minggu terakhir hingga 30 April 2022.
Dewan Pertimbangan Ikatan Dokter Indonesia (IDI), Zubairi Djoerban, mengatakan hingga kini para ahli masih menyelidiki penyebab Hepatitis misterius ini. Sebagian ditemukan Adenovirus 41, sebagian ditemukan SARS-CoV2, sebagian kombinasi dua virus itu, dan masih mungkin dipicu penyebab lain.
"Apa penyebab hepatitis misterius ini? Para ahli sedang menyelidiki, termasuk di Indonesia. Sebagian ketemu Adenovirus 41, sebagian ketemu SARS-CoV2, sebagian kombinasi dua virus itu, dan masih mungkin dipicu penyebab lain," ujar Zubari dalam keterangan, Rabu (4/5/2022).
Zubairi menjelaskan, Adenovirus adalah virus umum yang sebabkan berbagai penyakit: pilek, demam, sakit tenggorokan, bronkitis, pneumonia, dan diare. Adenovirus 41 belum pernah terkait dengan hepatitis, dan patogen umum ini biasanya bisa sembuh sendiri.
Namun, sambung Zubairi, kasus Hepatitis misterius ini menjadi amat serius karena karena beberapa anak meninggal. Bahkan, di Inggris 10 dari 145 pasien dengan hepatitis akut ini memerlukan transplantasi hati. "Belum ada tes yang memastikan. Tapi syaratnya adalah pasien harus negatif terhadap virus hepatitis A, B, C, D, E dan dengan kadar enzim transaminase lebih dari 500 unit per liter," jelas Zubairi.
Zubairi melanjutkan, berdasarkan data WHO, rentang usia pasien yang diidentifikasi sejauh ini antara bayi berusia satu bulan hingga remaja berusia 16 tahun. Untuk gejalanya, sebagian besar anak-anak ini mengalami masalah gastrointestinal terlebih dahulu, diikuti penyakit kuning.
"Tes laboratoriumnya juga menunjukkan tanda-tanda peradangan hati parah. Sebagian besar anak tidak mengalami demam," ucapnya.
Zubairi menambahkan, hingga kini juga belum bisa dipastikan Hepatitis akut ini memiliki keterkaitan dengan vaksin Covid-19. Pasalnya, hipotesis ini tidak didukung data, karena sebagian besar anak-anak yang terkena hepatitis misterius ini justru belum menerima vaksinasi Covid-19.