Jumat 29 Apr 2022 13:39 WIB

Mahfud MD: Di Bagian Mana Saya Bilang Presiden Jokowi Gagal dan Lemah?

Mahfud tegaskan pemerintah tidak gagal dan tidak lemah.

Menko Polhukam Mahfud MD.
Foto:

Dulu, kata Mahfud MD, Bu Mega pernah mengeluh bahwa ia mewarisi birokrasi Tong Sampah sehingga sulit memberantas korupsi meski keputusan politiknya sudah tegas. Begitu pun Gus Dur, pada masanya galak terhadap koruptor dan mencoba menangkapi koruptor tapi malah Gus Dur yang jatuh.

"Pak Habibie pun begitu. Jadi problem korupsi dan polarisasi ideologi itu sudah terwariskan dari waktu ke waktu, sehingga membuat pembelahan yang membahayakan. Dari mana logikanya kok menuding saya bilang bahwa pemerintah sekarang gagal dan menyerah?."

Sebaliknya jika melihat hasil survei semua lembaga survei yang kredibel (Litbang Kompas, SMRC, Indikator Politik Indonesia, Charta Politika) melaporkan pada awal tahun ini bahwa tingkat kepuasan publik terhadap Pemerintahan Jokowi justru tinggi.

Survei Litbang Kompas yang dirilis awal Maret 2022 menyatakan kepuasan publik adalah yang tertinggi selama 7 tahun pemerintahan Jokowi dan mencapai skor lebih dari 73 persen. Sedangkan penegakan hukum saat survei itu sudah 65 persen padahal pada akhir 2019 hanya 49,1 persen.

"Siang ini tadi (28/4/22), saya ikut hadir dalam rilis hasil survei Indikator Politik oleh Burhan Muhtadi. Ternyata kepercayaan publik dan indeks penegakan hukum masih cukup tinggi meski sempat turun sebentar ketika ribut-ribut penundaan pemilu," jelasnya. 

Penegakan hukum tetap berjalan baik. Malah Kejagung yang tadinya ada di peringkat delapan naik ke peringkat empat dalam kepercayaan publik. "Para pembuat hoaks pemakan bangkai tentu bilang itu survai abal-abal dan pesanan. Kemudian meminjam nama saya untuk menghantam Presiden Jokowi."

"Padahal saya bilang tahun 2024 harus dipilih Presiden baru, karena tahun itu akan ada Pemilu dan Pak Jokowi sudah tidak bisa dipilih lagi. Di bagian mana saya bilang Presiden Jokowi gagal dan lemah?

"Akan halnya keharusan memilih Presiden yang kuat, itu terkait dengan fakta bahwa dalam sejarah semua Presiden kita tidak bisa menyelesaikan polarisasi politik identitas dan lemahnya hukum di depan merajalelanya korupsi."

Kalau di Amerika Latin, kata Mahfud, jika pertentangan di tengah masyarakat meluas dan hukum tidak tegak biasanya militer mengambil alih kekuasaan melalui kudeta dengan alasan menyelamatkan negara. "Tak ada sama sekali saya bilang 'TNI akan kudeta'. Tapi pembuat hoaks menulis,'Mahfud bilang Presiden lemah dan gagal, TNI akan kudeta'. Di bagian mana saya bilang begitu? Di Indonesia itu tak akan terjadi."

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement