Selasa 26 Apr 2022 10:54 WIB

Harapan Muhammadiyah ke China, dari Masalah Uighur Hingga Palestina

Dubes Lu Kang tegaskan bahwa Islam dan China punya hubungan baik.

Rep: Wahyu Suryana/ Red: Teguh Firmansyah
Ketua Umum PP Muhammadiyah, Prof Haedar Nashir.
Foto: Dokumen
Ketua Umum PP Muhammadiyah, Prof Haedar Nashir.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA --- Duta Besar (Dubes) Republik Rakyat China (RRC) untuk Indonesia, Lu Kang, berkunjung ke Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah di Jakarta. Lu Kang disambut langsung oleh Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Anwar Abbas.

Turut hadir melalui teleconference Ketua Umum PP Muhammadiyah Prof Haedar Nashir. Didampingi Ketua PP Muhammadiyah Syafiq Mughni, Prof Ketua PP Muhammadiyah dr Agus Taufiqurrahman, dan Sekretaris PP Muhammadiyah Dr Agung Danarto.

Baca Juga

Dalam sambutannya, Haedar menyampaikan apresiasi tatas terjalinnya kerja sama dan hubungan RI dengan RRC yang baik. Ia berharap hubungan Muhammadiyah dengan RRC semakin erat. Muhammadiyah sendiri pernah berkunjung ke Beijing pada 2019 lalu.

Haedar berharap hubungan bidang pendidikan Perguruan Tinggi Muhammadiyah-Aisyiyah dan universitas-universitas di China makin erat. Kemudian, umat Islam di China, termasuk Uighur di Xinjiang, mendapat kebebasan menjalankan ibadah dan keyakinan.

Terakhir, Haedar berharap China sebagai negara besar dapat memainkan peran untuk perdamaian dunia. Termasuk, memperjuangkan bangsa Palestina yang sampai saat ini mendapat perlakuan agresif dan negara-negara lain bersifat berstandar ganda. 

"Kami berharap Tiongkok sebagai negara besar dapat membela hak-hak bangsa Palestina sebagaimana bangsa lainnya," kata Haedar, Senin (25/4/2022).

Menjawab, Lu menyatakan, China memiliki komitmen besar terhadap dunia Islam. Hal itu diwujudkan dengan China aktif melakukan diplomasi di forum-forum PBB dalam menyuarakan dunia Islam, termasuk soal umat Islam Kashmir dan Palestina.

Ia menilai, China dan dunia Islam memiliki hubungan yang baik berdasarkan ke persamaan kepentingan untuk senantiasa terus bekerja bersama dan membangun pemahaman bersama. Soal Uighur, Lu menyatakan, RRC menghargai perbedaan.

Serta, lanjut Lu, keberagaman agama-agama dan semua suku-suku di China. Namun, Lu menyayangkan banyaknya isu hoaks terkait itu yang dimunculkan pihak-pihak lain akibat politik global. Ia mengungkapkan, suku Uighur sudah mengalami kemajuan.

Menurut Lu, masjid-masjid makin bertambah dan wilayah Xinjiang yang dulu miskin saat ini beranjak sejahtera. Bahkan, populasi suku Uighur meningkat 25 persen dalam empat tahun terakhir, melebihi suku mayoritas di China, yaitu etnis Han. "Tiongkok punya ketulusan untuk membangun persahabatan dengan dunia Muslim," ujar Lu. 

Baca juga : Muslim Indonesia Tiongkok Gelar Tabligh Akbar Ramadhan

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement