REPUBLIKA.CO.ID, BANDA ACEH -- Perum Bulog menyalurkan sebanyak 3,3 ton beras fortivit untuk Pemerintah Kota Banda Aceh sebagai salah satu upaya pencegahan stunting atau gizi buruk terhadap masyarakat di ibu kota provinsi Aceh itu.
"Kita sudah coba di beberapa daerah, selama tiga bulan anak kurang gizi atau stunting mengonsumsi fortivit, kenaikan berat badannya signifikan," kata Direktur Bisnis Perum Bulog Febby Novita dalam keterangan yang diterima di Banda Aceh, Jumat (22/4/2022).
Penyerahan beras tersebut setelah dilakukan penandatanganan dokumen Memorandum of Understanding (MoU) kerjasama komoditi pangan dengan Pemerintah Kota Banda Aceh, Kamis (21/4/2022) di Banda Aceh. Fortivit sendiri merupakan beras bervitamin yang diproduksi Bulog dan diklaim sangat cocok untuk anak-anak guna mengatasi stunting atau gagal tumbuh.
Untuk tahap awal, Perum Bulog menyalurkan sebanyak 3.330 bungkus beras fortivit kemasan satu kilogram untuk masyarakat Banda Aceh. Febby mengatakan, penandatanganan MoU tersebut menjadi tonggak sejarah wujud kepedulian Pemerintah Banda Aceh terhadap ketahanan dan kedaulatan pangan.
Ia mengajak seluruh pemangku kepentingan untuk berperan aktif mendukung rantai pasok pangan lokal dengan menjadi konsumen produk petani sendiri, salah satunya beras fortivit yang kaya vitamin B, zat besi dan asam folat tersebut. "Untuk Banda Aceh selama tiga bulan ke depan, kita akan salurkan 3,3 ton yang diprioritaskan untuk anak-anak terindikasi gizi buruk atau stunting," ujarnya.
Sementara itu, Aminullah mengungkapkan bahwa kerja sama tersebut merupakan wujud diplomasi tenis, sehingga ia memiliki kesempatan silaturahmi dengan petinggi Bulog. Kemudian, lanjut Aminullah, setelah ia mengetahui adanya rencana kerjasama penyaluran komoditi pangan, ia langsung menyambut baik program tersebut.
"Alhamdulillah hari ini menjadi nyata dengan MoU dan penyaluran bantuan beras fortivit pencegahan stunting di Banda Aceh," katanya.
Dalam kesempatan ini, Aminullah menuturkan bahwa kondisi stunting di Banda Aceh saat ini menjadi yang terendah dari 23 kabupaten/kota di Aceh. "Stunting kita 23,4 persen, di bawah rata-rata nasional dan provinsi. Namun ada batas toleransi dari WHO, yakni 20 persen. Jadi kita masih ada tugas untuk mengejarnya," ujarnya.
Aminullah optimis dengan dukungan Bulog, BKKBN dan seluruh pihak terkait angka stunting di Banda Aceh dapat ditekan hingga di bawah 20 persen dalam tahun ini. "Saya juga mengimbau agar masyarakat memastikan gizi cukup bagi anak di usia 1.000 hari pertama, dan senantiasa menjaga kebersihan sanitasi dan lingkungan," demikian Aminullah.