Rabu 30 Mar 2022 23:20 WIB

Pertalite Gantikan Premium: Stok di Bogor Masih Aman, di Tangerang Mulai Langka

Pemerintah memutuskan mensubsidi Pertalite dan menaikkan harga Pertamax.

Rep: Shabrina Zakaria, Eva Rianti, M Nursyamsi/ Red: Andri Saubani
Petugas SPBU menggunakan alat pelindung wajah di SPBU kawasan Kebon Nanas, Kota Tangerang, Banten. Berdasarkan pantauan Republika pada Rabu (30/3/2022), stok pertalite di Kota Tangerang mulai langka. (ilustrasi)
Foto: ANTARA/fauzan
Petugas SPBU menggunakan alat pelindung wajah di SPBU kawasan Kebon Nanas, Kota Tangerang, Banten. Berdasarkan pantauan Republika pada Rabu (30/3/2022), stok pertalite di Kota Tangerang mulai langka. (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR -- Sejumlah SPBU milik Pertamina di Kota Bogor masih menyediakan bahan bakar minyak (BBM) jenis Pertalite setelah pemerintah menetapkan Pertalite sebagai BBM bersubsidi menggantikan Premium. Di beberapa SPBU, stok Pertalite dinilai masih aman dan belum ada lonjakan antrean yang signifikan.

 

Baca Juga

Salah satu di antaranya, yakni SPBU 34.161.02 yang terletak di Jalan Pajajaran, Kecamatan Bogor Utara, Kota Bogor masih menerima total 50 ribu liter Pertalite pada Rabu (30/3/2022). Hal tersebut diungkapkan oleh Pengawas SPBU 34.161.02, Irawan.

“Masih aman stok Pertalite. Sampai hari ini penebusan nggak dibatasi. Masih bebas. Stok tadi pagi ada 50 ribu liter masih berlimpah, minta langsung dikirim,” kata Irawan kepada Republika.

Ia menyebutkan, di SPBU 34.161.02 setiap hari menerima Pertalite sebanyak 60 ribu liter dan Pertamax sebanyak 20 ribu liter. Selain itu, hari ini belum ada antrean pembeli yang membludak.

 

Irawan mengakui, hingga saat ini pihaknya juga belum menerima informasi terkait naiknya harga Pertamax. “Belum ada informasi langsung. Masih di media massa. Pembelian nuga masih normal,” imbuhnya.

Hal yang sama dikatakan Pengawas SPBU 34-16109, Sudaryono, di Jalan KS Tubun, Kecamatan Bogor Utara, Kota Bogor. Ia mengaku belum mengetahui terkait kenaikan harga Pertamax. Saat ini, Pertamax masih dibanderol seharga sekitar Rp 11 ribu.

Terkait ketersediaan Pertalite, Sudaryono menyebut, stok yang ada di SPBU 34-16109 masih aman. Pihaknya pun tidak membatasi pembelian terhadap para konsumen.

Nggak ada antrean juga. Masih biasa aja kita layanin, nggak dibatasin. Normal aja sejauh ini,” kata Sudaryono.

Ia menambahkan, per hari ini pihaknya menerima Pertalite sebanyak 26 ribu liter dan Pertamax Turbo sebanyak 12 ribu liter.

Kondisi berbeda terjadi di Kota Tangerang. Ketersediaan bahan bakar minyak RON 90 atau Pertalite di sejumlah SPBU di Kota Tangerang terpantau kosong pada Rabu (30/3/2022) siang. Kondisi itu terjadi seiring dengan keputusan pemerintah mensubsidi Pertalite sebagai pengganti tidak dijualnya kembali bahan bakar minyak jenis Premium pada tahun ini. 

 

 

Pantauan Republika di sebuah SPBU yang berlokasi di Jalan Daan Mogot, Tangerang, sejumlah kendaraan antre di barisan pengisian bahan bakar jenis Pertamax. Di sisi depan SPBU, terpampang sebuah papan berukuran sekitar 60 cm x 30 cm bertuliskan "Pertalite sedang dalam perjalanan", bersanding dengan papan berukuran serupa bertuliskan "Bio Solar sedang dalam perjalanan". 

Petugas SPBU, Ahmad mengatakan, stok Pertalite sedang kosong. Kondisi itu terjadi sejak Rabu dini hari. 

"Stoknya (Pertalite) habis dari tadi pagi. Hari ini datangnya sore palingan," tutur Ahmad saat ditemui, Rabu. 

Ahmad mengatakan, adanya pembatasan jumlah Pertalite yang diberikan kepada tiap SPBU. Dia menyebut, jika biasanya mendapatkan jatah 16 ton, saat ini mendapatkan separuhnya saja atau 8 ton. 

Pemandangan kondisi kosongnya stok Pertalite juga terlihat di salah satu SPBU di Jalan Sitanala, Tangerang. Seorang petugas SPBU menuturkan, stok Pertalite bahkan sudah habis sejak Selasa petang. 

"Lagi kosong. Habis per kemarin jam 19.00 WIB, dari sananya (stok dari pusat) begitu. Biasanya jadwal pagi dikirim, tapi belum datang. Kalau Bio Solar habis jam 11.00 tadi," tuturnya. 

Terpantau harga bahan bakar Pertamax tidak mengalami kenaikan seiring dengan langkanya Pertalite. Harga Pertamax tercatat di angka Rp 9.000 per liter. Para petugas SPBU juga menyebut tidak ada pembatasan pembelian Pertalite. 

Diketahui, Pemerintah memutuskan tak lagi menjual bahan bakar minyak jenis Premium sejak 2022. BBM khusus yang disalurkan PT Pertamina (Persero) yang disubsidi oleh pemerintah adalah Pertalite atau RON 90.

Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi Kementerian ESDM Tutuka Ariadji mengatakan keputusan menjadikan Pertalite sebagai Jenis BBM Khusus Penugasan (JBKP) sejak 10 Maret melalui Kepmen ESDM No 37.K/HK.02/MEM.M/2022.

"Premium sudah tidak dijual lagi, saat ini yang menjadi JBKP adalah Pertalite," ujar Tutuka dalam RDP bersama Komisi VII DPR RI, Selasa (29/3).

Tutuka juga menjelaskan saat ini masyarakat tak bisa lagi leluasa membeli Pertalite. Sebab, saat ini jatah Pertamina menjual Pertalite dalam 2022 hanya 23,05 juta KL.

 

Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir mengatakan, pemerintah telah mengambil keputusan terkait BBM. Konsekuensinya akan ada kenaikan harga BBM jenis Pertamax dan memutuskan mensubsidi BBM jenis Pertalite.

"Pemerintah sudah memutuskan Pertalite dijadikan subsidi, Pertamax tidak, jadi kalau Pertamax naik mohon maaf, tapi kalau Pertalite subsidi, tetap " ujar Erick dalam kuliah umum bertajuk "Milenial dan Digital Mendorong Pertumbuhan Ekonomi Nasional" di Universitas Hasanuddin, Makassar, Sulawesi Selatan (Sulsel), Rabu.

Erick menyebut kebijakan ini diambil menyusul tingginya subsidi pemerintah terhadap BBM yang selama ini mencapai puluhan triliun rupiah. Erick mengatakan, BUMN sejak awal bertekad melakukan transformasi besar-besaran agar mampu berkontribusi lebih besar bagi negara lewat dividen.

"Tentu kita dukung program pemerintah lewat dividen karena tidak mungkin dalam kondisi ekonomi hari ini pemerintah hanya mengandalkan pajak, perlu ada dividen yang dipakai untuk program apakah sekarang subaidi BBM yang masih berjalan," ucap Erick.

 

photo
Negara produsen minyak terbesar dunia. - (Tim infografis Republika)

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement