Rabu 23 Mar 2022 15:51 WIB

Cegah Stunting, Dokter Anak Ajak Orangtua Baca Buku KIA

File buku ini bisa dengan mudah sekali didapat di internet dan tinggal cari dan unduh

BKKBN terus melakukan koordinasi program percepatan penurunan stunting ke stakeholder terkait agar pendekatan spesifik dan sensitif dalam penanganan stunting dapat tepat sasaran dan diterima oleh masyarakat khususnya.
Foto: istimewa
BKKBN terus melakukan koordinasi program percepatan penurunan stunting ke stakeholder terkait agar pendekatan spesifik dan sensitif dalam penanganan stunting dapat tepat sasaran dan diterima oleh masyarakat khususnya.

REPUBLIKA.CO.ID,SEMARANG-–“Semua sudah ada di buku KIA (Kesehatan Ibu dan Anak) yang terbaru, dari sejak hamil sampai anak usia 2 tahun informasi seperti pola asuh tersedia. Saya mengajak kepada orangtua dan calon orangtua untuk mau membaca buku KIA yang terbaru, paling tidak ada di dua halaman yakni persiapan MPASI (Makanan Pendamping ASI) dan stimulasi, karena dua hal ini penting sekali," kata dr. MN Ardi Santoso, SpA, M.Kes ketika menjadi pembicara dalam Forum Jurnalis  Perwakilan BKKBN Provinsi Jawa Tengah, di Hotel Santika Premiere Semarang, Selasa (22/03/20022).

Menurut Ardi yang juga seorang edukator dan content creator, file buku ini bisa dengan mudah sekali didapat di internet dan tinggal cari dan unduh. “Saya tahu bapak ibu enggan atau bahkan tidak mau kalau searching hal seperti ini di internet tapi lebih tertarik hal lain seperti gosip artis dan hiburan lainnya,” tambahnya.

Baca Juga

Mengutip dari situs Kementerian Kesehatan RI, buku kesehatan ibu dan anak (KIA) adalah panduan informasi dan catatan kesehatan selama hamil, melahirkan sampai anak usia 6 tahun. Isi buku tersebut sangat penting untuk memantau kesehatan dan mencatat adanya kondisi kelainan pada ibu dan anak. Dengan mencatat di buku ini, ibu bisa memantau perkembangan janin dan melihat kemungkinan cacat lahir pada bayi. Calon ibu bisa mendapat buku ini dari Puskesmas, Bidan, atau rumah sakit tempat konsultasi selama kehamilan.

Lebih lanjut menurut Dokter Ardi, “MPASI sekarang ini tidak ada yang sulit karena bisa dibuat dari makanan keluarga, yakni makanan yang dimakan oleh anggota keluarga lain tapi tentunya teksturnya harus menyesuaikan dengan makanan bayi. Selain itu juga MPASI bisa dibuat khusus sendiri dari bahan mentah atau masak khusus untuk bayi.”

Menurutnya saat ini juga menu tunggal untuk MPASI sudah tidak lagi disarankan. Bahkan dokter ardi menyampaikan bahwa gula, garam dan bumbu-bumbu juga boleh ditambahkan tentunya dengan takaran yang wajar dan seperlunya. “Sampai saat ini masih banyak ditemui untuk MPASI misalnya hanya diberikan pisang dikerok saja, kasihan anaknya,” tegas Ardi.

Ardi menambahkan bahwa edukasi pada orangtua menjadi sangat penting untuk mencegah stunting. “Usia anak 4-6 bulan adalah masa rawan karena pada masa ini MPASI sangat berperan penting untuk mendukung nutrisi yang diperoleh dari ASI. Kalau proses MPASI nya bermasalah ini akan menjadikan anak seperti susah makan dan pilih-pilih makan.”

Sementara itu terkait upaya percepatan penurunan stunting Kepala Perwakilan BKKBN Provinsi Jawa Tengah, Drg. Widwiono, M.Kes menjelaskan, “Saat ini angka stunting di Jateng menurut SSGI 2021 sudah turun di angka 20,9 persen. Dibandingkan provinsi lain di Pulau jawa, Provinsi Jawa Tengah paling baik penurunannya, kami menargetkan tahun ini bisa turun 3,5 persen dan tahun 2023 turun lagi 3,5 persen,” jelasnya.

Untuk mewujudkan target tersebut, menurut Widwiono, BKKBN terus melakukan koordinasi program percepatan penurunan stunting ke stakeholder terkait agar pendekatan spesifik dan sensitif dalam penanganan stunting dapat tepat sasaran dan diterima oleh masyarakat khususnya. Media massa, juga merupakan salah satu penopang sosialisasi berbagai program pemerintah termasuk Program Bangga Kencana.

Kegiatan Forum Jurnalis Program Bangga Kencana (Pembangunan Keluarga, Kependudukan dan Keluarga Berencana) diselenggarakan secara luring dan daring dihadiri oleh anggota dan pengurus Ikatan Penulis Keluarga Berencana (IPKB) Jawa Tengah, PWI Jawa Tengah, Jurnalis media massa, Pranata Humas, Penyuluh KB dan Tim Pendamping Keluarga. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement