Jumat 18 Mar 2022 20:34 WIB

Walhi Ingatkan Potensi Kepunahan Satwa Akibat Pembangunan IKN

Membuat koridor satwa dinilai bukanlah solusi untuk satwa endemik.

Rep: Febryan A/ Red: Dwi Murdaningsih
Individu Orangutan bergelantungan di dahan pohon di sekitar wisata susur sungai di kawasan Taman Nasional Tanjung Puting, Kabupaten Kotawaringin Barat, Kalimantan Tengah, Senin (29/3/2021). Wisata susur sungai di salah satu lokasi hutan konservasi Orangutan terbesar di dunia tersebut menyuguhkan berbagai pemandangan termasuk hewan-hewan yang menjadi penghuninya seperti Orangutan, bekantan, kera ekor panjang dan berbagai flora serta fauna langka lainnya.
Foto: ANTARA/Makna Zaezar
Individu Orangutan bergelantungan di dahan pohon di sekitar wisata susur sungai di kawasan Taman Nasional Tanjung Puting, Kabupaten Kotawaringin Barat, Kalimantan Tengah, Senin (29/3/2021). Wisata susur sungai di salah satu lokasi hutan konservasi Orangutan terbesar di dunia tersebut menyuguhkan berbagai pemandangan termasuk hewan-hewan yang menjadi penghuninya seperti Orangutan, bekantan, kera ekor panjang dan berbagai flora serta fauna langka lainnya.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA --  Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) Kalimantan Timur (Kaltim) menyatakan, pembangunan IKN Nusantara berpotensi membuat sejumlah satwa endemik Kalimantan punah. Langkah pemerintah membuat koridor satwa dinilai bukanlah solusi.

Direktur Eksekutif Walhi Kaltim, Yohana Tiko menjelaskan, area IKN seluas 256 ribu hektare juga mencakup Hutan Lindung Sungai Wain. Padahal, di sana terdapat banyak satwa seperti beruang madu, burung rangkong, bekantan, dan orang utan.

Baca Juga

Pembangunan IKN, kata dia, tentu akan merusak habitat hewan-hewan tersebut. Adapun pemerintah berencana membuat koridor satwa untuk mengatasi persoalan ini. Padahal satwa itu hidup dengan memiliki teritori tersendiri.

"Ketika dia dibuatkan koridor yang tak sesuai, maka itu akan menghambat habitatnya. Hal ini berpotensi membuat kepunahan satwa endemik Kalimantan," ujar  Yohana dalam webinar Walhi Jakarta, Jumat (18/3).

Selain itu, pembangunan Bendungan Sepaku Semoi juga berpotensi merusak habitat hewan air. Sebab, bendungan itu membendung aliran air tawar menuju Teluk Balikpapan. "Akan bisa punah juga nanti hewan seperti pesut dan dugong di Teluk Balikpapan," ujarnya.

Yohana menambahkan, pembangunan IKN juga berpotensi menghancurkan ekosistem mangrove di Teluk Balikpapan seluas 16 ribu hektare. Sebab, teluk tersebut tentu akan dilewati oleh kapal-kapal besar yang membawa bahan baku untuk pembangunan IKN.

Sebelumnya, Senin (14/3), Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Siti Nurbaya mengatakan, pembangunan IKN menerapkan konsep Green City dan Forest City, yang prinsip utamanya adalah mendesain sesuai kondisi alam. "Konsep forest city pastinya menerapkan kaidah konservasi dan memperhatikan koridor satwa, serta memanfaatkan sumber daya lahan dan air secara terpadu," ucap Siti Nurbaya dalam siaran persnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement