Jumat 18 Mar 2022 20:19 WIB

Survei Nasional Buktikan Proporsi Warga yang Pernah Terinfeksi Tinggi

Serologi survei memperlihatkan 86,6 persen penduduk Indonesia miliki antibodi Covid.

Warga berjalan di dekat mural bertema pencegahan penyebaran Covid-19 di Jakarta. Serologi survei yang dilakukan di Indonesia menunjukkan 86,6 persen penduduk sudah memiliki antibodi terhadap Covid-19.
Foto:

Menteri Dalam Negeri (Mendagri) Tito Karnavian meminta daerah dengan antibodi rendah segera meningkatkan capaian vaksinasi Covid-19. Menurut dia, vaksinasi menjadi salah satu upaya pemerintah dalam menanggulangi pandemi.

"Di daerah-daerah yang tadi temuannya rendah antibodi seperti Jayawijaya, Kota Singkawang yang masih di bawah 80 persen, kita harus sama-sama genjot vaksinasi," ujar Tito dalam acara rilis hasil serologi survei nasional yang disiarkan akun YouTube Kementerian Kesehatan.

Serologi survei nasional menunjukkan, sejumlah wilayah memiliki estimasi tersebut masih di bawah 80 persen, seperti Aceh Tenggara 72,4 persen dan Kota Singkawang 74,1 persen. Sementara, Jayawijaya hanya memiliki estimasi antibodi Covid-19 45,6 persen. Padahal, masih di Provinsi Papua, Kota Jayapura memiliki estimasi sampai 96,3 persen.

"Ini jomplang sekali di Papua ini. Jayawijaya yang ibu kota-nya Wamena terendah, 45,6 persen. Artinya kalau kumpul 100 orang cuma 45 orang yang punya antibodi, 55-nya rentan," kata Tito.

Tito pun meminta kepala daerah bertanggung jawab atas hal ini. "Bupati tolong tanggung jawab lah pada rakyatnya kalau ada yang kena (Covid-19) kemudian parah," tutur Tito.

Dia menjelaskan, vaksinasi dapat memberikan antibodi kepada masyarakat, sehingga terjadi kekebalan kelompok atau herd immunity. Antibodi juga dapat meminimalisasi tingkat keparahan orang yang terinfeksi virus corona, yang kemudian dapat mengurangi risiko masuk rumah sakit dan kematian.

Namun, antibodi tidak bisa mencegah penularan. Untuk itu, Tito tetap mengimbau masyarakat tetap mematuhi protokol kesehatan (prokes).

Guru Besar Mikrobiologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) Prof Amin Soebandrio mengatakan hingga saat ini belum ada penetapan standar antibodi ideal untuk menangkal risiko penularan Covid-19. "Kita belum punya standar terkait antibodi. Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization/WHO) belum tentukan kadar antibodi yang dibutuhkan untuk melindungi orang dari infeksi," kata dia dalam acara bincang-bincang secara virtual yang diikuti dari YouTube BNPB, Jumat.

Ia mengatakan kadar antibodi yang tinggi tidak menjamin perlindungan secara utuh bagi seseorang dari risiko penularan Covid-19. Sebab seseorang yang sudah divaksinasi dosis ketiga pun masih ada yang mengalami reinfeksi.

"Kita beranggapan yang kadar antibodinya tinggi sekali akan melindungi. Tapi dengan kadar antibodi yang tinggi pun masih dapat terinfeksi kembali," katanya.

Saat ini berbagai cara mengukur antibodi sudah tersedia dengan alat penilaian yang juga beragam. Beberapa orang yang divaksinasi sudah ada yang diukur kadar bodinya sesuai masing-masing jenis vaksin.

"Vaksin 'booster' (penguat) memiliki kadar antibodi yang dapat meningkat sampai empat ribu unit, ada juga yang cuma sekitar 1.700 unit," katanya.

Ia mengatakan situasi reinfeksi tidak hanya dipengaruhi faktor kadar antibodi. "Kita harus tahu, bahwa kadar antibodi yang tinggi juga disertai hal lain. Apakah cukup empat ribu unit saja peningkatan kadar antibodi atau mungkin 1.000 saja cukup untuk melindungi seseorang," katanya.

Dalam acara yang sama, Ketua Pengurus Pusat Perhimpunan Alergi Imunologi Indonesia Prof Iris Rengganis mengimbau masyarakat untuk tidak pilih-pilih jenis vaksin saat mengikuti vaksinasi. Ia mengatakan vaksin masih terbukti memberi perlindungan terhadap varian Omicron yang saat ini mendominasi di Indonesia.

"Saat ini vaksinasi lengkap melindungi 57 persen terhadap rawat inap dan yang 'booster' (penguat) terlindungi 90 persen terhadap rawat inap dibandingkan dari yang tidak divaksin," katanya. Demikian pula pada kematian, katanya, perlindungan vaksin dosis lengkap mencapai 29 persen dan perlindungan tiga dosis mencapai 95 persen dibandingkan yang belum divaksin.

photo
Vaksinasi Booster di Indonesia - (Infografis Republika.co.id)
photo

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement