Jumat 18 Mar 2022 17:13 WIB

Pesan Terakhir Nawali Sebelum Dieksekusi Mati di Arab Saudi

Nawali dihukum mati karena terlibat pembunuhan seorang WNI.

Rep: Lilis Sri Handayani/ Red: Teguh Firmansyah
Rekor tertinggi eksekusi mati di Arab Saudi
Foto: Republika
Rekor tertinggi eksekusi mati di Arab Saudi

REPUBLIKA.CO.ID, CIREBON -- Keinginan terakhir Nawali Hasan Ihsan (47) untuk bisa bertemu putrinya belum sempat terwujud. TKI asal Desa Gombang, Kecamatan Plumbon, Kabupaten Cirebon, itu dieksekusi di Arab Saudi, Kamis (17/3) pagi waktu Jeddah.

Nawali dieksekusi bersama satu WNI lainnya, yakni Agus Ahmad Arwas (AA) alias Iwan Irawan Empud Arwas. Keduanya ditangkap pihak kepolisian Jeddah pada 2 Juni 2011, atas tuduhan membunuh sesama WNI atas nama Fatmah alias Wartinah.

Baca Juga

Kakak ipar Nawali, Sandi (61), mengungkapkan, Nawali berangkat ke Arab Saudi untuk bekerja sebagai sopir pada 2005. Itu merupakan keberangkatannya yang kedua. Nawali sebelumnya juga pernah berkerja di Arab Saudi selama beberapa tahun dan sempat pulang ke Tanah Air pada 2004. 

Ia lalu berangkat lagi ke Arab Saudi pada 2005 dan tersandung kasus tersebut pada 2011. Sandi menilai, adik iparnya itu sangat sayang dan perhatian pada keluarga. Terbukti selama bekerja di Arab Saudi, adik iparnya itu kerap menelpon keluarganya setiap pekan. "Kalau nelepon biasanya lama, sampai satu jam," kata Sandi, saat ditemui di rumah duka, Kamis (17/3) malam.

Selain itu, Nawali juga setiap bulannya selalu mengirimkan uang hasil jerih payahnya sebagai sopir kepada keluarganya. Sandi mengungkapkan, setiap kali menelpon, obrolan yang disampaikan Nawali biasanya hanya seputar keluarga. Terutama mengenai tumbuh kembang dan kabar kedua putrinya.

Menurut Sandi, kebiasaan Nawali yang selalu menelpon keluarganya itu tidak berubah meski di dalam tahanan. "(Selama dalam tahanan), neleponnya biasanya di wartel dan gak bisa lama seperti dulu," tutur Sandi.

Menurut Sandi, Nawali terakhir kali menelepon pada Ahad (13/3) lalu. Seperti biasa, Nawali selalu ceria saat berkomunikasi dengan keluarganya.

Pihak keluarga pun tak menyangka bahwa pembicaraan itu merupakan yang terakhir kalinya dengan Nawali.

"Tidak ada feeling apa-apa. (Nawali) seperti biasa saja, seperti gak ada beban," kata Sandi.

Sandi menambahkan, melalui sambungan telepon, Nawali selalu berpesan pada keluarga besarnya untuk menjaga kedua putrinya. Nawali juga menitipkan pesan agar kedua putrinya bisa mengenyam pendidikan tinggi. Selain itu, lanjut Sandi, Nawali kerap menyampaikan keinginannya untuk dijenguk oleh kedua putrinya. Apalagi, Nawali belum pernah bertemu secara langsung dengan putri keduanya.

Saat dulu Nawali berangkat ke Arab Saudi, putri bungsunya itu masih usia tiga bulan dalam kandungan. Saat ini, putri bungsunya itu sudah duduk di kelas dua SMP. Sandi mengatakan, permintaan Nawali itu sudah pernah disampaikan ke Kementerian Luar Negeri (Kemlu) RI. Dia mengakui, keinginan Nawali itu direspon positif oleh Kemlu RI.

"Petugas dari Kemlu pernah datang ke rumah meminta berkas kedua putri Nawali untuk menjenguk ayah mereka (di tahanan Arab Saudi)," kata Sandi.

Namun, hingga eksekusi itu dilakukan, kunjungan kedua putri Nawali belum sempat terlaksana. Sampai akhir hayatnya, Nawali tak pernah bertemu secara langsung dengan putrinya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement