REPUBLIKA.CO.ID, SIMPANG EMPAT -- Warga Kajai Kecamatan Talamau Kabupaten Pasaman Barat, Sumatra Barat, mulai meruntuhkan rumah yang rusak akibat gempa secara mandiri, Selasa (15/3/2022). "Kami mulai meruntuhkan rumah kami dengan peralatan seadanya karena khawatir batu bata yang sudah retak menimpa kami karena gempa terus berulang," kata pemilik rumah Afnan (45 tahun).
Ia mengatakan rumah berukuran 8x6 meter itu sudah tidak layak huni karena dindingnya sudah retak dan rusak. Sebagian dinding sudah jebol. "Daripada membahayakan kami dan anak-anak makanya kami runtuhkan secara mandiri menggunakan peralatan seadanya," ujarnya.
Ia menargetkan satu pekan ini rumahnya sudah runtuh dan dindingnya akan diganti dengan triplek sebagai hunian sementara. "Kami akan mengakali bagaimana dindingnya saja yang kami robohkan sedangkan atapnya dibiarkan sehingga dindingnya nanti bisa dipasang triplek sambil menunggu bantuan dari pemerintah," ujarnya.
Untuk tidur sementara, ia bersama keluarga menumpang di tenda yang ada dekat rumah mereka. "Bagaimana lagi? Untuk sementara kami tidur di tenda. Pemerintah pun sudah mendata rumah kami. Mudah-mudahan bantuan cepat datang untuk memperbaiki rumah kami," harapnya.
Sementara itu Kepala Bidang Bina Marga Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang Pasaman Barat Darmawan saat dikonfirmasi mengatakan tim sedang membahas bagaimana teknis untuk membantu masyarakat merobohkan bangunan mereka. "Kita masih menunggu hasil rapat tim bersama mengenai persoalan itu. Mudah-mudahan secepatnya dilakukan," ujarnya.
Dari data terakhir dampak gempa di Pasaman Barat sebanyak 13 orang meninggal dunia. Sebanyak 4.038 unit permukiman rusak dengan rincian rusak ringan 1.786 unit, rusak sedang 916 unit dan rusak berat 1.336 unit. Fasilitas pendidikan yang rusak 75 unit, fasilitas kesehatan 15 unit, fasilitas ibadah 40 unit, infrastruktur 26 unit dan fasilitas pemerintah 42 unit.