Kamis 10 Mar 2022 09:35 WIB

Anis Matta: Indonesia Butuh Pemadam Kebakaran Ekonomi

Pemerintah harus menyiapkan strategi mengantisipasi dampak ekonomi perang Ukraina.

Rep: Febrianto Adi Saputro/ Red: Ilham Tirta
Ketua Umum Partai Gelora, Anis Matta
Foto: tangkapan layar
Ketua Umum Partai Gelora, Anis Matta

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Umum Partai Gelora, Anis Matta, memprediksi konflik antara Rusia dan Ukraina akan berlangsung lama. Untuk mengantisipasi konflik yang berkepanjangan, Anis meminta pemerintah menyiapkan strategi jangka pendek untuk mengantisipasi dampak ekonomi yang bakal ditimbulkan dari konflik tersebut.

"Kebakaran ekonomi jangka pendek ini yang memerlukan pemadam kebakaran. Ini tantangan paling dekat bagi pemerintah dalam waktu dekat," kata Anis dalam diskusi daring, Rabu (9/3/2022).

Baca Juga

Ia menambahkan, begitu konflik Rusia-Ukraina berlanjut maka kebakaran ekonomi dalam skala yang sangat masif sangat mungkin terjadi. Di tengah ketidakpastian ekonomi tersebut, Indonesia perlu memikirkan langkah seperti yang dilakukan China.

"Sebab China saja baru-baru mereka ada kongres nasionalnya PKC, mereka sudah mereduksi angka proyeksi pertumbuhannya dari sekitar 8 jadi tinggal 5,5. Hanya ada satu alasan yang menjelaskan itu, lingkungan global yang sangat tidak pasti," ujarnya.

Kemudian tantangan berikutnya yang juga dihadapi Indonesia adalah bagaimana pemerintah merumuskan satu kepentingan nasional baru di tengah tarik menarik pembentukan aliansi-aliansi global baru ini. Ia menilai Indonesia harus terlebih dahulu merumuskan kepentingan nasionalnya dalam jangka pendek.

"Karena begitu Covid menjadi faktor deglobalisasi, paling tidak dalam dua tahun terakhir ini, maka perang ini sekarang akan memperdalam proses deglobalisasi itu," kata dia.

"Secara ekonomi semua negara akan kembali pada sistem proteksionisme selamatkan diri masing-masing terlebih dahulu. Dalam kasus ini dalam jangka pendek yang harus kita siapkan adalah pemadam kebakaran ekonomi," katanya.

Ketua Komisi I DPR, Meutya Hafid mengatakan, konflik Rusia-Ukraina membuat harga minyak dunia  merangkak. Ketahanan pangan juga dinilai menjadi ancaman serius jika konflik terus berlanjut.

"Time frame-nya itu adalah spring atau April. Kalau ini berlarut sampai April itu red alert untuk kondisi ekonomi global, mudah-mudahan tidak sampai April," harapnya.

Politikus Partai Golkar itu menilai langkah yang dilakukan pemerintah sudah tepat. Pemerintah juga perlu mewaspadai terhadap dampak geopolitik, geoekonomi, geostrategi yang terjadi akibat perang Rusia-Ukraina.

"Apabila konflik berkepanjangan ini dapat mempengaruhi ekonomi global, mengguncang pasar keuangan, mendorong kenaikan harga BBM, sudah sekarang, dan mitigasi itu semua harus dilakukan oleh pemerintah," kata Meutya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement