REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) menyatakan Gunung Merapi di perbatasan DI Yogyakarta dan Jawa Tengah mengalami 149 kali gempa guguran selama periode pengamatan pada Selasa (8/3/2022) pukul 00.00-24.00 WIB. Selain gempa guguran, pada periode pengamatan itu juga tercatat satu kali gempa frekuensi rendah, satu kali gempa tektonik dan satu kali gempa embusan.
Kepala BPPTKG Hanik Humaida melalui keterangan resminya di Yogyakarta, Rabu (9/3/2022), menyebutkan, berdasarkan pengamatan visual, tampak asap berwarna putih keluar dari Gunung Merapi dengan intensitas sedang hingga tebal dengan ketinggian sekitar 150 meter di atas puncak. Pada periode pengamatan itu, tercatat tujuh kali guguran lava pijar keluar dari gunung itu dengan jarak luncur maksimum 1.800 meter ke arah barat daya.
Deformasi atau perubahan bentuk tubuh Merapi yang dipantau BPPTKG menggunakan electronic distance measurement (EDM) menunjukkan laju pemendekan jarak rata-rata 0,6 cm dalam tiga hari. Sementara itu berdasarkan pengamatan aktivitas Gunung Merapi periode 25 Februari-3 Maret 2022, BPPTKG menyatakan adanya perubahan morfologi pada kubah lava barat daya berupa bekas guguran, tetapi tidak teramati perubahan ketinggian yang signifikan.
Ia menyebutkan, volume kubah lava barat daya Merapi sebesar 1.578.000 meter kubik dan kubah tengah sebesar 3.228.000 meter kubik. BPPTKG masih mempertahankan status Gunung Merapi pada Level III atau Siaga.
Potensi bahaya saat ini berupa guguran lava dan awan panas pada sektor selatan-barat daya meliputi Sungai Boyong sejauh maksimal 5 km, dan Sungai Bedog, Krasak, Bebeng sejauh maksimal 7 km. Sedangkan pada sektor tenggara meliputi Sungai Woro sejauh maksimal 3 km dan Sungai Gendol 5 km.
Apabila gunung api itu mengalami letusan eksplosif, lontaran material vulkaniknya dapat menjangkau daerah dalam radius tiga kilometer dari puncak gunung.