Rabu 23 Feb 2022 12:28 WIB

Pemkot Bogor Tinjau Empat Pasar, Pedagang Tahu Tempe Kompak Mogok

Para pedagang tahu dan tempe kompak secara massal menutup lapaknya.

Rep: Antara/ Red: Erik Purnama Putra
Pekerja merapihkan alat-alat untuk membuat tempe di Pabrik tempe rumahan di Cipulir, Kebayoran Lama, Jakarta Selatan, Senin (21/2/2022).
Foto: ANTARA/Muhammad Iqbal
Pekerja merapihkan alat-alat untuk membuat tempe di Pabrik tempe rumahan di Cipulir, Kebayoran Lama, Jakarta Selatan, Senin (21/2/2022).

REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR -- Pemerintah Kota (Pemkot) Bogor meninjau para pedagang tahu dan tempe yang kompak mogok massal berjualan selama tiga, yaitu pada 21-23 Februari 2022. Mogok itu dilakukan pedagang sesuai surat imbauan Primer Koperasi Produsen Tempe dan Tahu Indonesia (Primkopti) setempat.

"Pada Senin (21/2/2022) tim dari Dinas Koperasi KUKM Perdagangan dan Perindustrian sudah memantau penjualan tempe tahu, mereka serentak melakukan mogok, sampai hari ini juga," kata Kepala Bidang Pengembangan Perdagangan Dalam Negeri, Perlindungan Konsumen dan Tertib Niaga Dinas Koperasi, UKM, Perdagangan dan Perindustrian (DiskopUKMdagin) Kota Bogor, Mohamad Soleh di Kota Bogor, Jawa Barat (Jabar), Rabu (23/2/2022).

Baca Juga

Soleh mengatakan berdasarkan surat resmi dari Pusat Koperasi Produsen Tempe Tahu Indonesia (Puskopti) Jabar yang diterima mengenai mogok selama tiga hari itu, DiskopUKMdagin Kota Bogor segera melakukan peninjauan di dua pasar, yaitu Pasar Kebon Kembang dan pasar Baru Bogor. Hasilnya, para pedagang tempe dan tahu memang melaksanakan mogok berjualan karena tidak mendapatkan stok dari produsen atau perajin tempe tahu di Kota Bogor.

Pantauan di empat pasar di Kota Bogor, yakni Pasar Anyar, Kebon Jahe, Warung Jambu, dan Pasar Baru Bogor secara bergiliran selama tiga hari ini, para pedagang tahu dan tempe menutup lapaknya. Sementara, beberapa pedagang yang tidak khusus menjual tempe dan tahu memilih tetap membuka lapak meskipun harus melayani pertanyaan para pembeli yang berharap masih ada stok bisa dibeli.

Menemui salah satu pedagang cabai di Pasar Kebon Jahe, Andri mengatakan, lapak tempe dan tahu di sampingnya tutup karena memang ikut mogok massal. "Tutup tiga hari ini, belum tahu besok, kompak di sini," ujarnya.

Andri menunjuk beberapa lapak di samping dan belakangnya yang memang ditutupi terpal. Bergeser sedikit ke Pasar Anyar, pedagang lain yang sama Tono mengatakan tidak ada yang berjualan tempe dan tahu sejak imbauan mogok massal diedarkan. Para pedagang tempe dan tahu juga merasa keberatan untuk menjual dagangannya dengan harga mahal. "Tempe sama tahu cepat sekali tidak segar, beli tinggi, jual nanti susah, teman-teman mungkin tidak mau," katanya.

Sementara, para pedagang di Warung Jambu juga menyebut tidak menjual tempe dan tahu karena memang tidak ada pengiriman dari perajin. Seorang pedagang bernama Soleh mengatakan, mogok memang telah diinformasikan selama tiga hari, sehingga dirinya juga tidak mendapatkan barang tersebut hingga saat ini. "Saya kan yang jualan saja, kalau tidak ada mau apa yang dijual," kata Soleh.

Pun juga pedagang di Pasar Baru Bogor, Tohir mengaku, biasanya juga menjajakan tempe tahu yang selama tiga hari ini tidak ada yang mengirim. "Silakan dicari lapak lain juga tidak ada," ujarnya.

Menindaklanjuti surat Puskopti Jabar Nomor 002/K/Puskopti-JBR tanggal 14 Februari 2022 tentang pemberitahuan mogok produksi dan jualan tempe serta tahu, Primmkopti Kota Bogor mengeluarkan pemberitahuan mogok produksi dan jualan tempe dan tahu yang ditandatangani ketuanya Muchtar Shatrie, sekretaris Yayang Taryono, dan bendahara Suherman.

Surat Primkopti pun berisi tiga poin yakni kepada para perajin dan pedagang tempe dan tahu untuk melakukan mogok massal sebagai bentuk solidaritas. Para pedagang tempe tahu diharapkan dapat menyesuaikan harga jual sesuai dengan kenaikan harga kedelai yang dialami para perajin saat ini. Surat itu pun menuliskan permohonan maaf atas ketidaknyamanan masyarakat atas situasi dan kondisi tersebut.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement