Selasa 22 Feb 2022 17:25 WIB

Angka Stunting Turun 3,3 Persen Sepanjang 2019-2021

Dari 27,67 persen pada 2019, angka stunting pada 2021 turun menjadi 24,4 persen

Rep: Ronggo Astungkoro/ Red: Gita Amanda
Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), Hasto Wardoyo, mengatakan angka stunting di Indonesia mengalami penurunan sebesar 3,3 persen dalam kurun waktu dua tahun.
Foto: BKKBN
Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), Hasto Wardoyo, mengatakan angka stunting di Indonesia mengalami penurunan sebesar 3,3 persen dalam kurun waktu dua tahun.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Angka stunting di Indonesia mengalami penurunan sebesar 3,3 persen dalam kurun waktu dua tahun. Dari 27,67 persen pada 2019, angka stunting pada 2021 turun menjadi 24,4 persen berdasarkan data dari Survei Status Gizi Balita Indonesia (SSGBI).

"Hasilnya tentu kita sambut bersyukur Alhamdulillah karena angka stunting yang tadinya 27,67 persen di tahun 2019 menjadi 24,40 persen di tahun 2021," ujar Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), Hasto Wardoyo, ketika membuka Rakernas Program Bangga kencana Tahun 2022 secara virtual, Selasa (22/2/2022).

Baca Juga

Hasto menjelaskan, setiap tahunnya ada hampir dua juta pasangan yamg menikah. Sekitar 1,6 juta di antaranya melahirkan di tahun pertama pernikahan. Dari jumlah kelahiran tersebut, dengan angka stunting 24,4 persen maka didapatkan hampir sekitar 400 ribu di antaranya berpotensi lahir stunting.

Handoko melihat upaya screening dan pemeriksaan pra nikah akan sangat berpeluang dalam menurunkan potensi tersebut. Atas dasar itu dalam waktu dekat pihaknya akan meluncurkan program screening yang bisa dilakukan oleh pasangan tiga bulan sebelum mereka melangsungkan pernikahan.

"Di mana calon-calon pasangan usia subur tiga bulan sebelum nikah harus sudah dilakukan pemeriksaan agar pada saat hamil nanti tidak membawa faktor risiko kehamilan dengan anak yang stunting," kata Handoko.

Hal tersebut merupakan salah satu langkah yang dilakukan BKKBN sebagai ketua pelaksana percepatan penurunan stunting. Hasto menyampaikan, BKKBN ditunjuk sebagai ketua pelaksana percepatan penurunan stunting sejak diterbitkannya Peraturan Presiden Nomor 72 Tahun 2021 pada Agustus tahun itu.

Sejak saat itu, kata Hasto, BKKBN telah melakukan sejumlah langkah untuk melaksanakan amanat tersebut. Pertama, menyusun dan menetapkan rencana aksi nasional percepatan penurunan stunting yang kemudian diberi nama dengan RAN PASTI.

"Yang berikutnya adalah melakukan kordinasi dan kunjungan kepada kementerian lembaga terkait untuk dukungan dan konvergensi program percepatan penurunan stunting," kata dia.

Lalu, BKKBN melakukan pembentukan Tim Percepatan Penurunan Stunting dari tingkat pusat hingga sampai kabupaten kota. Menurut Hasto, proses pembentukan tim tersebut masih terus berlangsung hingga saat ini.

Kemudian, BKKBN juga membentuk sebanyak 200 ribu tim pendamping keluarga yang terdiri dari sekitar 600 ribu orang. Tim tersebut beranggotakan bidan, kader Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga (PKK), dan kader penyuluh Keluarga Berencana.

"Kami berharap tim pendamping keluarga nanti akan bisa mendukung program-program, target-target dari Kementerian Kesehatan," jelas dia.

Hasto menjelaskan, untuk mencapai hasil percepatan penurunan angka stunting yang optimal dibutuhkan dukungan dan bantuan dari semua pihak. Di mana, berdasarkan arahan Presiden Joko Widodo, ditargetkan angka stunting di Indonesia turun hingga ke angka 14 persen pada 2024 mendatang.

"Angka prevalensi stunting di Indonesia yang masih cukup tinggi tentu membutuhkan percepatan penurunan stunting dan Presiden telah menargetkan di tahun 2022 ini diharapkan bisa turun sebesar tiga persen," kata dia.

Pada Rakernas 2022 BKKBN mengambil tema "Penguatan Program Bangga Kencana dan Percepatan Penurunan Stunting Melalui Optimalisasi Sumber Daya dan Konvergensi Lintas Sektor". Tema tersebut dipilih untuk menyukseskan program Bangga Kencana sekaligus program percepatan penurunan stunting.

"Dengan harapan mendapatkan dukungan dan komitmen dari para pemangku kepentingan serta penggerak program di lapangan. Dengan dukungan tersebut kami optimistis dapat menurunkan angka prevalensi stunting," kata Hasto.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement