Jumat 18 Feb 2022 09:05 WIB

Sekjen Kemenhan Sebut Indonesia Hanya Andalkan Pesawat F-16 Usia 30 Tahun

Indonesia dilaporkan akan membeli helikopter Chinook dan jet F-16 Block 72 Viper.

Sekretaris Jenderal Kementerian Pertahanan (Sekjen Kemenhan), Marsdya Donny Taufanto.
Foto: Dok Humas Kemenhan
Sekretaris Jenderal Kementerian Pertahanan (Sekjen Kemenhan), Marsdya Donny Taufanto.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pembelian jet tempur 42 Dassault Rafale dari Prancis hendaknya dilihat sebagai upaya pembangunan pertahanan nasional, khususnya matra udara. Sekretaris Jenderal Kementerian Pertahanan (Sekjen Kemenhan), Marsdya Donny Taufanto menjelaskan, kondisi kesiapan tempur dalam beberapa tahun ke belakang ini, mengalami kemunduran.

Pesawat F-5 Tiger sudah tidak digunakan dalam beberapa tahun terakhir, dan belum ada penggantinya. "Menyusul pesawat Hawk-100 dan 200 yang sudah berusia lebih dari 25 tahun dan dalam kondisi tingkat kesiapan yang rendah dan tentunya akan memasuki masa purnatugas beberapa tahun mendatang," kata Donny dalam diskusi daring bertema 'Menyongsong Pesawat Rafale' yang diadakan PSAPI di Jakarta, Kamis (17/2/2022).

Baca Juga

Dia menyebut, Indonesia saat ini hanya mengandalkan 33 pesawat F-16 AM/BM/C/D yang sudah berusia lebih dari 30 tahun. Juga sebanyak 16 pesawat Sukhoi Su-27/30 yang usianya hampir 20 tahun, sebagai pesawat tempur utama. "Keterbatasan suku cadang pesawat serta keterbatasan jenis dan jumlah peluru kendali, juga menyebabkan kesiapan tempur peawat F-16 dan Sukhoi 27/30 tidak maksimal," ucap Donny.

Dengan kondisi demikian, menurut Donny, menjadi kewajiban Kemenhan merencanakan pembelian pesawat tempur yang bertugas pada 2030 dan 2040-an. Proses pengadaan pesawat tempur dan persenjataanya, yang memerlukan waktu cukup panjang dengan masa paling cepat lima tahun mengharuskan pemerintah untuk mengadaan pada Rencata Strategis (Renstra) 2020-2024 jika pesawat direncakan beroperasi pada 2030-an.

"Kegagalan mengadakan pesawat tempur pada Renstra ini akan menyebabkan semakin berkurangnya jumlah skuadron udara yang siap tempur. Dengan demikian Renstra 2020-2024 merupakan periode yang kritis dan upaya mempertahankan kesinambngunan kesiapan skuadron tempur," ucap Donny.

Sementara itu, CEO IPTN North America, Gautama Indra Djaja mengatakan, penguasaan teknologi dan industri dirgantara di Indonesia mutlak dilakukan sebagai negara kepulauan terbesar di dunia. Menurut dia, kolaborasi dengan industri dirgantara dunia melalui strategi offset atau imbal beli, kerja sama industri dapat memmpercepat proses penguasaan teknologi dirgantara.

Menurut dia, tidak hanya membeli pesawat, TNI AU juga harus bisa merawat avionik dan mesinnya pula. Meski sekarang pembicaraan fokus dengan Rafale, namun jangan dilupakan pula ada pesawat milik TNI buatan Boeing, Amerika Serikat (AS). "Jadi untuk MOD fleet yang berasal dari AS itu kita memiliki 11 helikopter Apache, 60 Bell 412, C130 dan F-16, yang sudah cukup tua umurnya," kata Gautama dalam diskusi daring bertema Menyongsong Pesawat Rafale di Jakarta, Kamis (18/2/2022).

Dia menjelaskan, ada rencana TNI membeli lagi pesawat dari AS. Ada jenis heli angkut, pesawat pengisi bahan bakar, jet tempur, hingga helikopter Bell. "Waktu itu dibahas adanya Chinook, Awachs 737-800, Tankers KC-46A Pegassus-B767, F-16 Block 72 Viper, F-15 berikut kelengkapannya, C130J Super Hercules,. Akhirnya saya mendapatkan update-nya mengerucut pembelian F-15 lengkap dengan equipment, gun, and launchers senilai 13,9 miliar dolar AS," kata Gautama.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement