Selasa 15 Feb 2022 21:38 WIB

Benarkah Galon Air Isi Ulang Picu Autisme Anak? Ini Pendapat Pakar

Belum ada penelitian dan bukti galon isi ulang picu autisme anak

Rep: Muhyiddin/ Red: Nashih Nashrullah
Ilustrasi galon isi ulang. Belum ada penelitian dan bukti galon isi ulang picu autisme anak.
Foto: Republika/Putra M. Akbar
Ilustrasi galon isi ulang. Belum ada penelitian dan bukti galon isi ulang picu autisme anak.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA— Polemik perihal konsumsi air kemasan galon polikarbonat memicu autisme masih menjadi perbincangan hangat.   

Pakar pendidikan autisme, Dr Imaculata Umiyati MSi, mengatakan bahwa penyebab anak menjadi autis masih multifactor dan membantah berita yang mengaotkan autisme dengan konsumsi air galon polikarbonat.  

Baca Juga

Menurutnya selama AMDK sudah mendapatkan izin sudah pasti aman. “Apabila tempat atau wadahnya aman dan minuman tidak mengandung gula, pewarna, tentu aman," ujar Imaculata Umiyati, Selasa (15/2/2022). 

“Waktu itu kita bicara tentang wadah yang berasal dari plastik, bukan isinya yang ada di dalam wadah tersebut. Penyebab autisme masih multifactor,” kata dia.  

Sebelumnya, Dokter spesialis anak dan Konsultan Tumbuh Kembang Anak, dr Bernie Endyarni Medise, SpA(K), MPH menegaskan bahwa tidak pernah ada anak menjadi autis karena mengkonsumsi air galon guna ulang.  

Menurutnya, penyebab pastinya anak autis ini masih belum diketahui hingga kini. Yang baru diketahui adalah anak auitis itu ada hubungannya dengan genetik tertentu seperti adanya autisme pada kelainan fragile x syndrome. 

“Ada yang mengatakan autis itu hasil kombinasi genetik dan lingkungan. Tapi penyebab pasti sampai saat ini belum jelas. Yang pasti, yang mengatakan autis itu karena ibunya waktu hamil terlalu banyak meminum air galon guna ulang itu jelas salah. Tidak ada hubungannya itu,” kata Bernie Endyarni. 

Dia mengatakan banyak teori yang menyampaikan penyebab-penyebab terjadinya anak autis ini, namun penyebab pastinya tetap masih belum diketahui hingga kini. “Ada yang menghubung-hubungkan dengan logam berat. Tapi, sudah sering disebut ada hubungannya dengan genetik,” kata dia.   

Pemerhati autisme, Dr dr Y Handojo MPH, juga mengutarakan hal serupa. Dalam bukunya yang berjudul "Autisme: pada anak", pendiri Yayasan Nathanisa, yang secara khusus menangani penyandang autism ini mengatakan, ada beberapa faktor diperkirakan yang menjadi penyebab terjadinya autisme. Di antaranya adalah materi genetik yang dimiliki orang tua, adanya infeksi (toksoplasmosis, rubella, candida), keracunan logam berat, zat aditif (MSG, pengawet, pewarna), maupun obat-obatan lainnya. 

Selain itu, autisme diperkirakan juga disebabkan karena tumbuhnya jamur berlebihan di usus anak sebagai akibat pemakaian antibotika yang berlebihan, yang dapat menyebabkan kebocoran usus (leaky-gut syndrome) dan tidak sempurnanya pencernaan kasein dan gluten. “Namun secara umum belum ada kesepakan internasional mengenai penyebab anak auitis ini,” ungkapnya. 

Psikolog anak sekaligus Ketua Lembaga Perlindungan Anak Indonesia (LPAI), Dr  Seto Mulyadi, juga menegaskan bahwa hingga saat ini belum ada satupun orangtua dari anak penderita autis di Indonesia yang melaporkan ke LPAI bahwa anak mereka menderita autis karena kebanyakan minum air galon guna ulang. “Sampai saat ini LPAI belum pernah mendengar laporan ada anak yang menderita autis karena terlalu banyak minum air galon,” katanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement