Senin 14 Feb 2022 19:30 WIB

Kemenkes Pastikan Tiga Pasien Meninggal di Palembang Bukan karena Isoman

Ada beberapa faktor yang menyebabkan pasien yang sedang isoman meninggal dunia.

Rep: Dian Fath/ Red: Bilal Ramadhan
Petugas Public Safety Center 119 (PSC 119) bersama petugas puskesmas memasukkan jenazah pasien Covid-19 yang meninggal saat isolasi mandiri (isoman) ke dalam ambulans di Jalan Cibarengkok, Sukajadi, Kota Bandung.
Foto: ABDAN SYAKURA/REPUBLIKA
Petugas Public Safety Center 119 (PSC 119) bersama petugas puskesmas memasukkan jenazah pasien Covid-19 yang meninggal saat isolasi mandiri (isoman) ke dalam ambulans di Jalan Cibarengkok, Sukajadi, Kota Bandung.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sekretaris Direktorat Jenderal Kesehatan Masyarakat, Kementerian Kesehatan, Siti Nadia Tarmizi memastikan, tiga pasien Covid-19 yang meninggal dunia di Palembang, Sumatera Selatan bukan karena isolasi mandiri (isoman).

Sebelumnya diberitakan, sebanyak tiga pasien Covid-19 menjalani perawatan isoman yang bergejala atau kasus simtomatik di Palembang, Sumatera Selatan meninggal dunia.

Baca Juga

"Ini sudah dicek bahwa ini data kematian yang dilaporkan bukan karena isoman," ujar Nadia kepada Republika, Senin (14/2/2022).

Dikonfirmasi terpisah, Ketua Subbid Dukungan Kesehatan Satgas Covid 19. Brigjen TNI Pur dr Alexander K GintingS SpP(K) mengatakan, ada beberapa faktor yang menyebabkan pasien yang sedang isoman meninggal dunia.

Beberapa faktor tersebut adalah karena usia yang lanjut, memiliki komorbid dan belum divaksinasi sama sekali. "Ini yang membuat terjadi perburukan klinis yang cepat sehingga bisa berakibat fatal," kata Alexander.

Seharusnya dalam menjalani isoman harus tetap berpedoman SE Menkes No HK 02.01/Menkes/18/2022 Tentang Pencegahan dan Pengendalian Kasus Covid-19 Varian Omicron B.1.1.529. Pedoman dan syarat tersebut menurutnya sangat penting agar tepat sasaran.

"Memang yang ringan dirawat di rumah tetapi ada kriterianya yaitu pasien usia 45 tahun ke bawah, tidak memiliki komorbid, dapat mengakses telemedisin/telekonsultasi dengan layanan kesehatan lainnya dan bersedia untuk isoman," jelas Alexander.

Rumah yang dijadikan tempat isoman juga harus memiliki kamar terpisah serta kamar mandi terpisah, dengan penghuni rumah lainnya. Pasien juga dapat memeriksa alat saturasi digital serta ada alat pendukung yang cukup memadai.

"Jika tidak terpenuhi, maka pasien pindah ke isoter, karena diisoter ada tim medik yang monitor dan mengawasi. Jika komorbid tidak terkontrol maka dirujuk ke RS terdekat," tuturnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement