Selasa 08 Feb 2022 16:07 WIB

Kenaikan Kasus Covid-19 tak Cukup Dicegah dengan Vaksinasi

Wiku mengatakan bila masih bisa tertular artinya prokes belum disiplin diterapkan.

Sejumlah warga tidak mengenakan masker saat berkunjung ke Taman Lapangan Banteng, Jakarta, Minggu (6/2/2022). Penerapan protokol kesehatan yang tidak baik saat berada di ruang publik dinilai berpotensi meningkatkan penyebaran COVID-19 terutama di masa pandemi gelombang ketiga yang disebabkan varian omicron.
Foto:

Dampak yang kedua, beberapa waktu yang lalu Dirjen WHO Dr Tedros secara jelas menyebutkan bahwa 'more transmission of Covid-19 means more deaths' atau semakin besar transmisi covid maka semakin tinggi pula potensi kematian akibatnya. Senin (7/2/2022) kemarin, tercatat ada 82 orang yang wafat akibat Covid-19.

"Angka ini meningkat lebih dari 15 kali dalam sebulan, dari 7 Januari 2022 di mana kita bersedih karena 5 warga kita wafat ketika itu. Pengendalian penularan di masyarakat merupakan salah satu upapa penting untuk menekan kasus berat yang dapat menimbulkan kematian," kata Tjandra.

Ketiga, sambung Tjandra, bila penularan di masyarakat sedang tinggi seperti sekarang, maka virus harus bereplikasi untuk terus memperbanyak diri dalam penularan ini. Pada waktu virus bereplikasi maka dapat saja terjadi mutasi, dan kalau mutasi berkepanjangan maka ini dapat berpotensi menimbulkan varian baru.

"Jadi pengendalian penularan di masyarakat juga akan amat berperan untuk mencegah timbulnya lagi varian-varian baru di masa datang," terang Tjandra.

Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin mengatakan, kapasitas rumah sakit yang disiapkan oleh pemerintah untuk pasien Covid-19 berjumlah 120 ribu. Dari jumlah tersebut baru belasan ribu yang ditempati oleh pasien sehingga jumlah ketersediaan rumah sakit saat ini masih banyak.

"Rumah sakit kita sekarang terisi 18 ribu, pasnya 18.966 sementara kapasitas total rumah sakit kita 400 ribu dan yang disiapkan untuk Covid-19 120 ribu," kata Budi Senin (7/2/2022) kemarin. "Jadi dari 120 ribu terisi per kemarin 18.966 yang sudah terkonfirmasi," sambungnya.

Dari jumlah 18.966 orang tersebut, ada 15.522 yang dinyatakan terkonfirmasi dan 10 ribu di antaranya adalah orang tanpa gejala (OTG) dan bergejala ringan. Meskipun angka keterisian rumah sakit masih sedikit, pemerintah meminta pasien Covid-19 yang tak bergejala maupun bergejala ringan untuk melakukan isolasi mandiri di rumah maupun terpusat. Tujuannya, agar mereka yang butuh perawatan karena gejala berat bisa segera ditangani dan efisiensi.

"Jadi sebenarnya ke depannya kalau OTG dan gejala ringan isolasi mandiri atau terpusat maka sebenarnya keterisian rumah sakit kita itu masih sangat rendah," tegasnya.

Dalam kesempatan itu, Budi juga memerinci layanan telemedisin terus digunakan untuk mendukung kegiatan isolasi mandiri yang dilakukan pasien positif Covid-19. Bahkan, selama ini, layanan itu telah digunakan sebanyak 150 ribu kali dengan 38 ribu obat telah dikirimkan.

Ke depannya, layanan telemedicine untuk memperkuat isolasi mandiri akan dilakukan di wilayah lain di luar Jakarta. Ada beberapa wilayah yang akan menjadi perhatian pemerintah yaitu Bandung Raya, Semarang Raya, Solo Raya, Jogja, Malang Raya dan Denpasar. "Sekali lagi jangan panik, jangan jemawa, tetap waspada, kalau sedang naik kotanya kita kurangi mobilitas, stay saja di rumah," kata Budi.

photo
Grafik Menanjak Lonjakan Covid-19 - (infografis republika)

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement