Rabu 02 Feb 2022 22:55 WIB

Wali kota: Surabaya Sebagai Kota Layak Anak harus Dipertahankan

Kepala sekolah dan pengawas bisa memberikan ruang kepada guru-guru, agar bisa diskusi

Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi (kanan) meninjau pelaksanaan kegiatan belajar dan mengajar di SD Muhammadiyah 4 Pucang, Surabaya, Jawa Timur, Senin (10/1/2022). Pemkot Surabaya mulai melaksanakan Pembelajaran Tatap Muka (PTM) 100 persen di tingkat PAUD, TK, SD dan SMP yang digelar dalam dua sesi menyesuaikan kondisi sekolah masing-masing dengan menerapkan protokol kesehatan secara ketat.
Foto: ANTARA/Didik Suhartono
Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi (kanan) meninjau pelaksanaan kegiatan belajar dan mengajar di SD Muhammadiyah 4 Pucang, Surabaya, Jawa Timur, Senin (10/1/2022). Pemkot Surabaya mulai melaksanakan Pembelajaran Tatap Muka (PTM) 100 persen di tingkat PAUD, TK, SD dan SMP yang digelar dalam dua sesi menyesuaikan kondisi sekolah masing-masing dengan menerapkan protokol kesehatan secara ketat.

REPUBLIKA.CO.ID,SURABAYA-- Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi menyatakan Surabaya sebagai Kota Layak Anak harus tetap dipertahankan. Hal itu disampaikan saat memberikan pengarahan secara daring kepada kepala sekolah, guru, pengawas SD dan SMP di Surabaya, Rabu (2/2/2022).

Eri mengatakan, berdasarkan kejadian pada beberapa hari yang lalu, yakni adanya seorang guru yang memberikan hukuman kepada muridnya, menjadi catatan penting bagi dirinya dan bagi dunia pendidikan di Kota Surabaya. Ia kemudian mengingatkan, bahwa para guru adalah orang tua bagi para siswa saat berada di sekolah."Sudah cukup ada hal seperti itu, Surabaya ini kota layak dan ramah anak. Masa dicoreng dan yang mencoreng adalah orang tuanya sendiri, sudah ini yang terakhir," kata Eri.

Baca Juga

Kegiatan yang digelar secara daring itu turut didampingi Asisten Pemerintahan dan Kesejahteraan Rakyat Erna Purnawati, Kepala Dinas Pendidikan (Dispendik) Yusuf Masruh, Kepala Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak serta Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (DP3APKB) Tomi Ardiyanto, dan Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Nanik Sukristina.

Sebelumnya beredar sebuah video berdurasi tiga detik melalui WhatsApp yakni seorang guru di SMPN 49 Kota Surabaya memukul siswanya di depan kelas saat pembelajaran tatap muka (PTM) 100 persen sedang berlangsung. Di sisi lain, ia juga memahami bahwa yang dilakukan oleh salah satu guru tersebut dilandasi oleh emosi, karena kelelahan saat mengajar, hingga timbullah kejadian tersebut.

Maka, ia memastikan hal itu tidak akan terulang lagi di dunia pendidikan Kota Surabaya."Ketika kejadian ini terulang kembali, maka saya pastikan njenengan (anda) akan berhadapan dengan saya, karena saya tidak akan membiarkan kezaliman ada didepan mata saya. Sebab, saya akan menjaga kota ini," kata dia.

Oleh karena itu, Wali Kota Eri meminta agar para guru juga memberikan semangat dan penguatan kepada guru tersebut, karena ia menginginkan adanya rasa kekeluargaan dan kasih sayang di lingkungan sekolah."Guru yang kemarin jangan dibahas lagi, karena setiap manusia memiliki kesalahan. Beri penguatan kepada beliau dan beri semangat agar beliau berubah, jangan dijatuhkan," katanya.

Eri berpesan, agar para kepala sekolah dan pengawas bisa memberikan ruang kepada guru-guru, agar bisa sering berkumpul dan berdiskusi. Sehingga, apabila nantinya terdapat suatu permasalahan, maka kepala sekolah bisa mengerti untuk membantu menemukan solusi."Kita boleh tegas dan disiplin dalam mendidik, tapi juga harus didasari dengan hati yang akhlakul karimah. Ini yang saya minta kepada njenengan (anda) semuanya. Para kepala sekolah adalah para pemimpin yang bisa membawa guru dalam satu perahu besar, yakni perahu pendidikan di Kota Surabaya," ujar dia.

Selain itu, untuk membentuk karakter siswa yang berlandaskan dengan agama, ia berharap para guru bisa mendekatkan hatinya kepada para siswa. Serta memberikan pemahaman agama berdasarkan kepercayaan masing-masing siswa, pada 30 menit sebelum pulang sekolah."Pemimpin adalah orang yang berjuang membentuk karakter anak menjadi seorang yang lebih baik. Ayo kita ciptakan dan tingkatkan rasa keagamaan, kebaikan, dan amal jariyah," kata dia.

Mantan Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Kota (Bappeko) itu berharap, agar tidak ada perbedaan antara sekolah negeri dan swasta di Kota Surabaya. Menurut dia, jika hal ini terjadi, maka akan memicu kesenjangan antar murid di Kota Pahlawan."Agar semua anak di Kota Surabaya itu perasaannya sama dan tidak ada perbedaan kasih sayang dan tidak memiliki rasa jumawa. Itulah tugas seorang guru," kata dia.

 

sumber : antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement