REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) Bambang Soesatyo (Bamsoet) mengatakan, lembaganya bersama TNI Angkatan Darat (AD) sepakat untuk terus bergotong royong mensosialisasikan Empat Pilar MPR ke berbagai elemen bangsa Indonesia. "Keterlibatan TNI sangat penting sebagai penjaga kedaulatan NKRI dalam menghadapi kelompok intoleran yang terkadang berujung kepada gerakan terorisme," kata Bamsoet dalam keterangannya di Jakarta, Rabu (2/2/2022).
Hal itu dikatakannya usai menerima kunjungan Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD) Jenderal Dudung Abdurrachman di Jakarta, Selasa (1/2/2022). Dudung pun menyerahkan buku bertajuk 'Dudung Abdurachman. Membongkar Operasi Psikologi Gerakan Intoleransi' kepada Bamsoet.
Menurut Bamsoet, pada era modern saat ini, berbaurnya ancaman militer dan nonmiliter telah mendorong terciptanya dilema geopolitik dan geostrategis global yang sulit diprediksi dan diantisipasi. Menurut dia, konsepsi mengenai keamanan nasional tidak lagi bersifat kasat mata dan konvensional namun bersifat kompleks, multidimensional, serta berdimensi ideologis.
Dia menjelaskan, ancaman yang bersifat ideologis tersebut hadir dalam berbagai fenomena, antara lain berkembangnya sikap intoleransi dalam kehidupan beragama, hingga tumbuhnya radikalisme, dan terorisme. "Bahkan TNI juga menjadi lahan untuk mentransmisikan paham radikalisme," ucap Bamsoet.
"Menurut Menteri Pertahanan ke-25 Jenderal TNI (purn) Ryamizard Ryacudu pada tahun 2019, tidak kurang dari tiga persen anggota TNI terindikasi terpapar radikalisme," ujar Bamsoet menambahkan.
Bamsoet menjelaskan pergerakan kelompok intoleran seperti diungkapkan dalam buku bertajuk 'Dudung Abdurachman Membongkar Operasi Psikologi Gerakan Intoleransi' ternyata dilakukan secara sistematis dengan tujuan politis parsial. Hal itu menegaskan bahwa tujuan kepentingan umat ataupun rakyat sebagaimana yang sering disampaikan kelompok intoleran, tidak lebih dari kamuflase belaka.