Selasa 01 Feb 2022 03:27 WIB

Pemanfaatan Sabut Kelapa Mampu Tingkatkan Perekonomian Masyarakat

Selama ini, sabut kelapa lebih banyak dibuang dan dibakar.

Rep: Febrian Fachri/ Red: Budi Raharjo
pelepasan ekspor perdana 70 ton sabut kelapa ini.
Foto: Istimewa
pelepasan ekspor perdana 70 ton sabut kelapa ini.

REPUBLIKA.CO.ID, PADANG PARIAMAN -- Bupati Padang Pariaman, Suhatri Bur, mengatakan pemanfaatan serabut kelapa mampu menjadi alternatif untuk memulihkan perekonomian masyarakat. Hari ini, petani binaan Koperasi Serabut Kelapa (KOSAPA) Petani Minang Global (PMG) mengekspor 70 ton sabut kelapa ke negara Tiongkok.

"Pembinaan petani untuk mengolah sabut kelapa ini mampu meningkatkan pendapatan masyarakat dan menyerap tenaga kerja dari anak Nagari setempat," kata Suhatri, Senin (31/1).

Suhatri sendiri ikut menghadiri launching pelepasan ekspor perdana 70 ton sabut kelapa ini. Pelepasan ekspor ini dilakukan di  Nagari Ulakan, Kecamatan Ulakan Tapakis, Pariaman, Sumatera Barat.

Suhatri menyebut terbukanya keran ekspor sabut kelapa ini dapat membuka peluang bagi masyarakat Padang Pariaman. Selama ini, sabut kelapa lebih banyak dibuang dan dibakar. Hanya sebagian digunakan untuk kerajinan tangan dan menjadi bahan bakar pembuat kuliner.

Ketua Umum Kosapa-PMG, Efli Ramli, mengatakan produk sabut kelapa ini dapat diolah menjadi beraneka macam produk derivatif. Sabut kelapa juga serta memiliki manfaat sebagai bahan pengisi sofa, tempat duduk, jok mobil serta media tana.

Kini Indonesia hanya mampu mengekspor 3 persen dari kebutuhan cocofiber dan cocopeat dunia. Sisanya sebesar 97 persen dipasok dari India dan Srilangka. Sementara permintaan ekspor dari China mencapai 3000 kontainer per tahun, Eropa 200 kontainer per tahun.

"Selain ekspor, serabut kelapa ini juga untuk memenuhi kebutuhan lokal RAPP, Perusahaan HTI untuk pembibitan kayu kertas," ujar Efli.

Pabrik Kosapa-PMG telah berhasil memproduksi dengan kapasitas produksi coco fiber 50 ton per bulan dan Cocopeat 100 ton per bulan. Target kedepan Kosapa-PMG mampu memanfaatkan peluang areal kelapa seluas 87.000 hektar lebih  yang ada di Sumatra Barat dengan nilai devisa nya Rp 552.000.000.000 lebih.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement