Rabu 19 Jan 2022 18:54 WIB

Wujudkan Kemandirian Hankam dan Industri Pertahanan Dalam Negeri

Kekuatan militer Indonesia saat ini menempati peringkat 15 dari 140 negara di dunia. 

Rektor Universitas Pertahanan (Unhan) Indonesia, Laksamana Madya TNI Dr. Amarulla Octavian
Foto: Istimewa
Rektor Universitas Pertahanan (Unhan) Indonesia, Laksamana Madya TNI Dr. Amarulla Octavian

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sejarah dunia mencatat, bahwa bangsa yang menang perang adalah bangsa yang menguasai teknologi militer lebih unggul, memiliki insinyur militer lebih pintar dan memiliki industri militer yang lebih massif. 

Demikian disampaikan oleh Rektor Universitas Pertahanan, Amarulla Octavian pada diskusi daring di kanal Youtube BalitbangGolkar.tv yang bertema “Membangun & Mengembangkan Industri Pertahanan untuk Mendukung Pertumbuhan Ekonomi Nasional”, belum lama ini. Hadir juga dalam diskusi ini sebagai narasumber Wakil Ketua DPRRI Lodejwik Freidrich Paulus yang juga menjabat sebagai Sekjen DPP Partai Golkar,  dan Deputi Bidang Politik, Hukum, Pertahanan dan Keamanan Bappenas, Slamet Soedarsono.

Amarulla menyampaikan, posisi perusahaan BUMN industri pertahanan Indonesia seperti PT Dirgantara Indonesia, PT PAL, PT PINDAD dan PT LUDIN, sangat menjanjikan dan mampu bersaing di pasar global. Untuk itu, sangat strategis bila terus dikembangkan khususnya dalam mendukung pertahanan negara. 

Dia juga menambahkan, bahwa fakta di lapangan industri pertahanan yang dinamis dapat mendorong banyak sub industri pertahanan. Sehingga, bisa menjadi lokomoif kemajuan industri nasional, apalagi jika ada produk produk pertahanan yang bernilai ekonomis tnggi. 

“Kita tahu seperti teknologi ponsel, laptop, dan juga internet, yang sekarang ini berkembang pesat dan digunakan oleh masyarakat modern, sesungguhnya berasal dari teknologi yang dikembangkan oleh militer. Oleh karena itu, pengembangan industri pertahanan yang modern dan mandiri di tanah air perlu didukung dan dilengkapi oleh semua pihak agar menjadi penggerak perekonomian nasional di masa mendatang, “ ujar dia dalam keterangannya yang diterima Republika.co.id, Rabu (19/1/2022).

Senada dengan Amarulla, Lodewijk F Paulus juga menunjukkan perhatian dan dukungan yang besar DPR RI terhadap industri pertahanan dalam negeri. Menurutnya, pengembangan industri pertahanan di Indonesia telah menjadi salah satu fokus DPRRI untuk penguatan pertahanan dan keamanan. 

“Harapannya pada tahun 2024 kebutuhan alutsista kita dapat terpenuhi setidaknya untuk mencapai kekuatan esensial minimum (minimum essential force- MEF), untuk kemudian di tahun 2029 sebagaimana tertuang di dalam master plan industri pertahanan, Indonesia sudah bisa mencapai kemandirian dalam pengadaan alutsista,” ujarnya. 

Untuk itu menurut Lodewijk, dukungan DPR RI ini, terutama ditujukan untuk memastikan keberlanjutan industri pertahanan di tanah air. Apalagi, kekuatan militer Indonesia saat ini menempati peringkat 15 dari 140 negara di dunia sedikit di bawah Iran dan Turki, tetapi lebih baik daripada Jerman dan Australia. 

 

photo
Diskusi daring Balibang Golkar bertema Membangun & Mengembangkan Industri Pertahanan untuk Mendukung Pertumbuhan Ekonomi Nasional”. - (Istimewa)

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement