REPUBLIKA.CO.ID, PADANG -- Kepala BKSDA Sumatra Barat, Ardi Andono, mencatatkan selama 2021 lalu, terjadi tujuh konflik buaya dengan manusia. Tahun ini terjadi lagi tepatnya di Kabupaten Agam. Di mana seorang bocah berinisial NS (9 tahun), murid salah satu SD di Nagari Manggopoh, Kabupaten Agam, Sumatera Barat hilang diterkam buaya muara, Senin (17/1) pagi.
Ardi menerangkan dari tujuh konflik buaya-manusia yang terjadi di Sungai Batang Masang, Kabupaten Agam.
“Ada tujuh kasus (konflik) buaya-manusia sepanjang tahun 2021 di Sumatra Barat. Lima di antaranya di Batang Masang,” kata Ardi, Selasa 17/1). Selain di Batang Masang, dua konflik lainnya terjadi di wilayah Pasaman Barat.
Menurut Ardi, Sungai batang masang itu memang habitat buaya. Sehingga buaya tidak bisa serta merta dipindahkan. Tapi upaya evakuasi buaya menjadi opsi terakhir yang akan dilakukan karena saat ini juga tidak ada tempat penampungannya.
Pihak BKSDA disebut Ardi, sedang mengupayakan sebuah kawasan eksositem esensial untuk buaya.
Sebelumnya diberitakan tubuh NS ditemukan sekitar pukul 17.30 WIB kemarin. Posisinya sekitar tiga kilometer dari lokasi awal hilang. Nisa sendiri diketahui hilang dan dilarikan buaya sekitar pukul 06.30 WIB usai mandi pagi sebelum berangkat ke sekolah.
“Betul. Korban sudah berhasil ditemukan. Posisinya sekitar tiga kilometer dari lokasi awal,” kata Ade, Selasa (18/1).
Menurut Ade, tubuh korban masih dalam kondisi utuh. Hanya ada beberapa bekas gigitan satwa.
Usai ditemukan, jasad korban langsung dibawa ke rumah duka. Sesuai permintaan keluarga, tidak dilakukan autopsi terhadap jenazah.
NS diterkam buaya usai mandi menjelang berangkat sekolah. NS dibawa kabur buaya di hadapan kakaknya. Kakaknya menyaksikan adiknya dibawa kabur satwa ganas yang dilindungi tersebut.