Ahad 16 Jan 2022 07:20 WIB

Sejarah Kebrutalan Belanda di Bali dan Penyesalan Kolektif yang tak Pernah Ada

Sejarah kekerasan kolonail Belanda di Bali

Tentara Belanda berpatroli di pedesaan Indonesia dalam masa perang kemerdekaan.
Foto:

 

Mitos Bali

Namun De strijd om Bali tidak sekedar tentang kekerasan tapi juga tentang cara Belanda yang enggan mengucap selamat tinggal kepada koloninya di Timur. Khusus Bali, kekerasan berkaitan dengan negosiasi diplomatik; Konferensi Hoge Valuwe, Perjanjian Linggarjati, Konferensi Denpasar, dan Perjanjian Renville.

Gagasan yang hendak diwujudkan Belanda adalah mendirikan Republik Bali, Belanda yakin punya banyak pendukung, dan punya alasan menjaga perdamaian dan ketertiban dengan kekeraan. Belanda melakukan apa yang dilakukan selama berabad-abad, yaitu memecah dan menguasai.

Pangeran yang ramah dipersenjatai untuk memburu orang-orang anti-Belanda dengan tentaranya. Mitos Bali yang setia harus dimunculkan kembali dan dibadikan dengan segala cara.

Mitos Bali yang setia itu terdapat pada Anak Agung, seorang raja Bali yang memiliki tentara. Ia mengejar orang-orang anti-Belanda, menyiksa, dan membunuhnya dengan sepengetahuan KNIL.

Ketika negara Republik Indonesia Timur diproklamirkan, Anak Agung menjadi perdana menteri. Bertahun-tahun kemudian, Anak Agung datang ke Belanda untuk mengambil gelar PhD dan diterima dengan segala hormat.

Tidak ada penyesalan kolektif sama sekali di kalangan prajurit KNIL yang melakukan semua kebrutalan itu, karena sejarah tidak pernah terungkap.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement