Jumat 31 Dec 2021 06:21 WIB

"Es Kau Gak Beres, Cepat Sekali Habisnya!"

Dari Asahan, Es Gak Beres sekarang sudah memiliki 480 gerai di sejumlah provinsi.

Salah satu gerai Es Gak Beres di Kota Medan yang diminati masyarakat.
Foto:

Jatuh bangun

Siapa pemilik Es Gak Beres yang menjadi perantara rezeki bagi 19 orang pegawai di Kabupaten Asahan dan 480 mitra di sejumlah provinsi di Indonesia? Dia adalah Yudi Efrinaldi, pria kelahiran Asahan 32 tahun lalu.

Kisahnya bermula saat dia ingin mewujudkan cita-citanya menjadi seorang pengusaha yang ditanamnya sejak kecil. Sebelum mewujudkan cita-citanya itu, dia tercatat masih bekerja sebagai seorang pegawai honor non-PNS di Satlantas Polres Asahan sampai 2017 lalu.

"Saya beranikan diri resign dari pegawai honor lepas di Polres dan keluar dari zona nyaman," kata Yudi kepada Republika belum lama ini.

Langkah pertamanya adalah mencoba peruntungan menjadi penjual bubur ayam. Namun, usahanya ini hanya bertahan sampai satu tahun saja.

Kendalanya adalah karena masalah lokasi yang sering menumpang-numpang di pinggir jalan. Dan kendala lainnya, karena masalah cuaca yang sering hujan.

"Ini menyulitkan bagi saya yang jualan di pinggir jalan,'' kata Yudi.

Usaha kedua yang dia tekuni adalah, dia membuka ojek online lokal di Kecamatan Kota Kisaran Timur, Kabupaten Asahan yang dinamakan Kijek (Kisaran Ojek). Jangan bayangkan pemesanan ojek online ini seperti menggunakan aplikasi di kota-kota besar.

Tetapi, cukup dengan memanfaatkan aplikasi whatsaap. Usahanya ini sebenarnya tidak buruk-buruk amat. Apalagi, ojek online ini cukup membantu bagi masyarakat Asahan.

Namun, pada 2019, masuklah operator ojek online besar dari ibu kota negara. Akhirnya, Kijek milik Yudi kalah bersaing.

Setelah itu, Yudi banting setir menjadi penjual pisang goreng. Usahanya ini dilakoninya hingga tiga bulan saja pad 2019 hingga sampai Ramadhan tahun itu.

 

Namun sayangnya, pisang goreng Yudi di bulan Ramadhan itu tidak banyak peminatnya. Orang lebih memilih gorengan lain seperti bakwan, tahu goreng, atau tempe goreng dari pada pisang goreng.

Titik terang mulai terlihat saat dia, masih di bulan Ramadhan yang sama, memutuskan kembali banting setir.  Usahanya kali ini adalah jualan minuman es menjelang buka puasa.

Yudi menjual es yang bahannya adalah buah yang di-blender. Semacam  jus.

Usahanya ini dipromosikan di media sosial. Viral, dan kemudian membuahkan hasil.

Bahkan, ada satu teman yang ketika membeli, selalu kehabisan. Dan, sang teman itu kemudian mengatakan, "Es kau gak beres, cepat kali abisnya."

Kata-kata sang teman itulah yang menginspirasinya menjadikan nama produknya yaitu Es Gak Beres di kemudian hari. Terinspirasi dari situ, usai Ramadhan 2019, Yudi kembali menjual produk yang sama yaitu es buah blender tadi.

Namun kendala kembali muncul. Karena waktu jualannya panjang dari pagi sampai sore, maka produknya yang sudah dibuat sejak pagi, membuat buahnya mengendap dan rasanya menjadi tidak enak.

photo
Yudi Efrinaldi, pemilik Es Gak Beres - (Muhammad Hafil / Republika)

Karena banyak pelanggan yang protes, Yudi di mlam harinya mulai bereksperimen menciptakan formula agar es buah blendernya tak lagi mengendap. Referensinya diambil dari internet seperti youtube.

Dan, akhirnya dia menciptakan resep baru itu. Yakni, penggabungan bubuk rasa, susu, dan sirup. Besok paginya, dia kembali jualan Es Gak Beres seperti yang sudah dikenal seperti sekarang ini.

Karena kesulitan untuk membuat bahan baku minuman dalam jumlah besar itu, maka Yudi kembali memutar otak. Dia pun akhirnya mencari rekanan yang membuat bubuk rasa.

Dia pun mendapatkannya di Bogor, Jawa Barat. Ada pabrik bubuk rasa yang membuat bahan baku dibutuhkan Yudi.

Yudi hanya membeli bubuk rasanya saja. Kemudian, dari Bogor dikirim ke Kabupaten Asahan dan me-rebranding dengan nama Es Gak Beres.

Awalnya Es Gak Beres ini hanya punya satu outlet yaitu milik Yudi saja. Namun karena viral, banyak orang yang ingin bekerja sama dengan Yudi menjadi mitra dan yang pertama adalah seorang ibu bernama Murni seperti diceritakan di awal-awal tulisan ini.

Bagi mereka yang ingin bermitra, Yudi mengatakan bahwa programnya ini bukanlah franchise. Tetapi, mereka yang bermitra cukup membeli bahan ke Yudi dan menjual minuman dengan merek Es Gak Beres.

"Kita gak nerima royalti, ini bedanya. Tapi mitra harus beli bahan baku. Kalau tidak, merek dicabut," kata Yudi.

Adapun caranya, mitra tak dipaksakan harus membeli bahan baku dengan nilai tertenu. "Berapa modal mitra yang ada, kita sesuaikan. Misal dia punya modal Rp 2 juta, kita kasih bahan bakunya sebanyak harga itu. Jadi, gak ada patokan harga paket," kata Yudi.

Bagi yang sudah setuju, mitra diberikan pelatihan dan pembinaan awal oleh Yudi. Dan, akan dilakukan pemantauan untuk evaluasi.

Dari awalnya hanya berkembang di Kabupaten Asahan, merek Es Gak Beres ternyata viral dan diminati oleh banyak mitra.

Cabang pertama di luar Kabupaten Asahan yakni di Rantau Prapat, Labuan Batu, Sumatra Utara. Ada 20 mitra yang dibina oleh Yudi.

Semakin viral, Es Gak Beres masuk ke ibu kota Sumatra Utara, Medan. "Dia itu sistemnya begini, kalau sudah masuk ke sebuah kota, maka akan menjalar ke kota sebelahnya," kata Yudi.

Yudi mengatakan, pemasaran Es Gak Beres murni dari mulut ke mulut. Karena, dia tidak pernah memasang iklan.

"Awalnya mitra itu menjadi konsumen, dia coba ternyata rasanya enak. Setelah itu dia tanya-tanya ingin bermitra dan akhirnya menghubungi saya,'' kata Yudi.

photo
Masyarakat sedang membeli Es Gak Beres di salah satu gerai di Kabupaten Asahan, Sumatra Utara, Rabu (15/12). - (Dok Republika)

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement