REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Memasuki tahun baru 2022, Perkumpulan Indonesia Muda (PIM) menyerukan para politisi untuk menghentikan gimik politik. PIM menyebut politik Indonesia masih didominasi serangkaian gimik yang ditampilkan para politisi, termasuk mereka yang digadang-gadang menjadi bakal kandidat kuat di Pilpres 2024.
“Political gimmick demikian mendominasi dan merefleksikan bahwa para politisi dan partai politik memang miskin visi-misi, tak memiliki konsep jelas dan solid tentang mau dibawa ke mana Indonesia,” kata Ketua Perkumpulan Indonesia Muda (PIM), Yhodhisman Soratha, dalam keterangan tertulis yang diterima Republika.co.id, kemarin.
Gimik-gimik itu, kata Yhodhisman, misalnya marah-marah saat melihat ketidakbecusan anak buah; mengunjungi salah seorang warga yang tertimpa musibah dan sedang disorot media; makan mie ayam gerobak pinggir jalan; menanam padi di tengah guyuran hujan; atau menangis ketika terbongkar skandal asusila seolah-olah bahwa kejadian tersebut merupakan kekhilafan sesaat.
Odis, sapaan akrab Yodhisman, mengakui sikap kepedulian seperti marah atau bersilaturahim ke rakyat itu memang perlu. Tapi, hal tersebut belumlah cukup. Ia menilai seorang pejabat publik semestinya menyajikan solusi yang bersifat sistemik dan komprehensif, bukan sibuk bermain gimik politik.
‘’Seharusnya mereka sudah harus menyuguhkan gagasan,’’ katanya.
Pada 2022 sampai Pileg dan Pilpres 2024, menurut Odis, seharusnya ruang publik dibanjiri dengan ide atau gagasan para politisi. Politik mesti menjadi arena untuk memajukan kehidupan bangsa, dan kekuasaan bukan tujuan utama melainkan hanya sarana.
Siapapun tokoh yang akan berlaga dalam kontestasi kepemimpinan nasional ke depan, kata Odis, seharusnya mulai saat ini sudah memperlihatkan secara nyata investasi sosial kepada masyarakat melalui ide-ide. Mereka juga harus bisa memberikan kontribusi konkret dalam penyelesaian permasalahan-permasalahan publik yang kian kompleks.
Odis mengakui kondisi Indonesia sekarang memang masih jauh dari ideal sebagai sebuah negara-bangsa. Para aktor politik tak kunjung memperlihatkan kecakapan teknokratis dalam menjawab persoalan rakyat, tapi malah sibuk bergimik politik.
Memang masih banyak upaya yang harus dilakukan untuk mencapai tataran ideal. Salah satu upaya yang bisa dilakukan yakni para politisi harus sudah mulai menghentikan gimik politik.
“Indonesia terlalu berharga jika hanya diisi gimik-gimik tak berkesudahan. Hal ini juga yang membuat banyak kalangan jenuh, bahkan muak dengan politik,’’ katanya.
‘’Para politisi bisa mengembalikan kepercayaan publik jika mulai bicara substansi,’’ katanya. ‘’Untuk itu, PIM meminta agar para tokoh politik segera menghentikan tontonan politik gimik.’’