Ahad 26 Dec 2021 07:29 WIB

Menkes: Kasus Covid-19 Melandai karena Super Immunity dan Kerja Keras

Orang yang sudah sembuh dari Covid-19 juga mendapatkan vaksinasi.

Rep: Febryan. A/ Red: Ratna Puspita
Menurut Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin, penurunan kasus Covid-19 berkat kerja keras semua komponen bangsa dan adanya super immunity. (Foto: Tenaga kesehatan)
Foto: ANTARA/M Risyal Hidayat
Menurut Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin, penurunan kasus Covid-19 berkat kerja keras semua komponen bangsa dan adanya super immunity. (Foto: Tenaga kesehatan)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kasus Covid-19 di Indonesia yang sempat melonjak pada Juli lalu kini sudah melandai. Menurut Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin, penurunan kasus ini berkat kerja keras semua komponen bangsa dan adanya super immunity.

"Kunci keberhasilan Indonesia adalah kombinasi antara kerja keras dan juga karena ada anugerah dari atas (berupa super immunity)," kata Budi dalam sebuah diskusi daring, Sabtu (25/11).

Baca Juga

Budi menjelaskan, berdasarkan sejumlah penelitian, super immunity adalah kekebalan tubuh super yang terbentuk pada orang yang sudah terinfeksi Covid-19 lalu mendapatkan vaksinasi. "Jadi dia dosis satu dan duanya dari alam, sedangkan booster-nya dari vaksin," ujarnya.

Beruntungnya Indonesia, kata Budi, gelombang besar kasus Covid-19 terjadi pada Juli. Sedangkan vaksinasi berjalan masif sejak akhir Agustus. Karenanya, banyak orang yang sudah sembuh dari Covid-19 juga mendapatkan vaksinasi sehingga terbentuklah super immunity.

"Jadi kita itu untungnya apa, rezekinya, siklusnya kita tuh benar. Timing-nya kita benar," kata Budi. Siklus serupa juga dirasakan oleh India karena negara itu dilanda gelombang kasus pada Mei, lalu vaksinasinya mulai masif pada Juli.

Sedangkan sejumlah negara lain seperti Inggris, Israel, dan Singapura, imbuh Budi, tak mendapatkan super immunity ini. Padahal, tingkat vaksinasi di tiga negara itu sudah tinggi. Musababnya, tiga negara itu sudah melakukan vaksinasi sebelum munculnya gelombang kasus.

"Beberapa negara vaksinasinya cepat sekali. Sebelum imunitas (alami) terbentuk, mereka sudah vaksinasi. Akibatnya (sekarang) tembus (terjadi lonjakan kasus)," kata Budi.

Faktor kedua yang membuat Indonesia bisa menekan jumlah kasus adalah kerja keras semua elemen. Kerja keras itu, kata Budi, tampak dari keberhasilan Indonesia menjalankan tiga strategi utama menghadapi pandemi, sebagaimana dianjurkan WHO. Ketiganya adalah pelaksanaan protokol kesehatan (prokes), pelacakan kasus, dan vaksinasi.

Pada pelaksanaan protokol kesehatan, kata Budi, rakyat Indonesia cukup disiplin. Bahkan lebih disiplin jika dibandingkan masyarakat di negara-negara Barat. "Saya ke Amerika Serikat, menurut saya kita lebih disiplin memakai masker," ujarnya.

Dari sisi pelacakan kasus, lanjut dia, Indonesia juga terbilang baik. Pelacakan kasus ini meliputi jumlah tes Covid-19, pelacakan kontak erat, dan isolasi pasien.

"Waktu aku masuk aku masuk (jadi menteri pada Desember 2020), kita 20-30 ribu sampel tes Covid-19 dalam sehari. Sekarang 300 ribu dan terus konsisten di angka itu," ujarnya.

Budi menambahkan, Indonesia juga cukup baik dalam melakukan tes Whole Genome Sequencing (WGS) untuk melacak varian baru. Bahkan, kata dia, kinerja Indonesia dalam mengirim hasil WGS dipuji oleh GISAID, sebuah organisasi yang mengumpulkan semua data virus corona dari seluruh dunia.

"Indonesia dipuji sebagai negara berkembang yang banyak masukin (hasil WGS). Kita sudah tembus 10 ribu Desember ini. Waktu Desember tahun lalu kalau nggak salah hanya 140," ujarnya.

Sedangkan pada laju vaksinasi, Indonesia jadi salah satu yang terbaik. Sebab, Indonesia merupakan negara kelima yang berhasil menyuntikkan vaksin dosis lengkap kepada 100 juta orang. "(Sekarang) cuma 5 negara yang tembus 100 juta rakyatnya divaksinasi dua dosis," kata Budi lagi.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement