Rabu 22 Dec 2021 06:20 WIB

Meski Mendapat Ganjalan, Persepsi Capres Militer Tinggi di Masyarakat

Capres militer punya persepsi positif di masyarakat

Suasana kampanye  pilpres 2014 . (ilustrasi)
Foto:

 

Panggung Politik dan Simpati Publik 

Kandidat capres dari militer mempunyai “panggung politik” yang strategis untuk meraih simpati publik. Prabowo Subianto sebagai Menteri Pertahanan dan Ketua Umum Partai Gerindra memungkinkan untuk banyak beredar di ruang publik baik terkait dengan kebijakan-kebijakan Kementerian Pertahanan maupun aktivitas kepartaian. Agus Harimurti Yudhoyono sebagai Ketua Umum Partai Demokrat mempunyai sarana yang strategis untuk melakukan konsolidasi politik. Gatot Nurmantyo sebagai Deklarator Koalisi Aksi Menyelamatkan Indonesia (KAMI) diposisikan menjadi antitesis dari rezim yang berkuasa saat ini. Sementara Andika Perkasa sebagai Panglima TNI aktif mendapatkan ruang yang terbuka untuk meraih simpati publik dengan berbagai program kerjanya. 

Kondisi terkini yang mempersoalkan mengenai isu Papua dan Laut Cina Selatan juga menjadi panggung kinerja utamanya bagi Prabowo Subianto dan Andika Perkasa. Tren meningkatnya kesukaan publik terhadap figur dari kalangan militer dikaitkan dengan penilaian ketegasan dan kemampuan menjaga pertahanan serta keamanan. Bahkan keikutsertaan TNI dalam upaya penanganan Covid-19 mendapat respon positif dari publik dengan tingkat kepuasan mencapai 72,6 persen (Indopol Survey). 

Tingginya harapan masyarakat terhadap kerja-kerja kemiliteran termasuk operasi intelijen tentu menjadi ruang tersendiri bagi figur berlatar belakang militer. Mereka yang berasal dari kalangan militer berpotensi besar dipersepsi publik lebih mampu mengatasi persoalan daripada pemimpin dari latar belakang sipil. Apalagi persoalan pertahanan dan keamanan global sangat dinamis. Segala potensi ancaman baik yang sifatnya internal maupun eksternal menuntut kesiapan yang memadai. Lebih lanjut perlu tindakan preventif untuk memastikan lingkungan yang kondusif.  

Poinnya, potensi capres dari latar belakang militer memenangkan kontestasi di 2024 cukup besar. Kondisi itu berlaku jika memerhatikan setidaknya dua hal, yakni kemampuan mengelola isu-isu strategis pertahanan/ keamanan untuk meraih simpati publik dan membangun komunikasi dengan elite partai politik. Namun, figur berlatar belakang militer cenderung mendapat ganjalan juga dari dua aspek sebagai titik kritis, yakni persoalan HAM dan minus pengalaman memimpin di pemerintahan. 

Formula Kemenangan 

Capres dengan latar belakang militer mewakili basis nasionalis. Maka, jika menginginkan perluasan publik yang signifikan perlu menggandeng kalangan sipil berlatar belakang pejabat publik terutama kepala daerah atau mengambil basis religius dengan kolaborasi dengan tokoh agama/ masyarakat. 

Kombinasi di atas tentu tak mengesampingkan variabel partai sebagai kendaraan politik. Peta koalisi dapat terbangun dengan mengoptimalkan poros-poros strategis, baik mempunyai figur yang diterima publik maupun mesin politik yang mampu menggerakkan pemilih. 

Dalam skema strategi politik, dua atau tiga tahun bukan waktu yang panjang. Jika tak dipersiapkan dengan baik, bisa jadi potensi kemenangan yang sudah di depan mata akan menjauh. Namun, terlepas pertarungan politik yang kian dekat, jangan sampai mengorbankan kepentingan rakyat.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement