Selasa 21 Dec 2021 16:55 WIB

IDAI Ingatkan Covid Bisa Timbulkan Komplikasi Hebat pada Anak

Pemberian vaksinasi Covid-19 ke anak merupakan bagian dari hak hidup anak.

Vaksinator menyuntikkan vaksin COVID-19 dosis pertama vaksin Sinovac kepada siswa di SD Negeri Bulusan, Tembalang, Semarang, Jawa Tengah, Selasa (21/12/2021). Dinas Kesehatan Kota Semarang menargetkan vaksinasi kepada sebanyak 165.185 anak usia 6-11 tahun di satuan pendidikan atau sekolahan secara bertahap dari siswa sekolah negeri maupun swasta sebagai upaya mendukung program pemerintah menuju kekebalan komunal (Herd Immunity).
Foto:

Ahli epidemiologi dari Poltekkes Pontianak Kalimantan Barat Malik Saepudin mengatakan, perluasan target masyarakat yang divaksinasi seperti anak-anak bertujuan, salah satunya, mencegah varian baru Covid1-19 meluas. Menurutnya, dengan semakin banyak masyarakat yang sudah divaksin, tentu memperkecil penyebaran virus tersebut di tengah masyarakat.

"Varian baru Omicron berisiko terhadap anak-anak dan balita serta kelompok rentan lainnya, sehingga sasaran vaksin diperluas pada kelompok umur anak-anak dan balita," tuturnya.

Ia menjelaskan Omicron sebagai varian baru telah ditandai para ilmuwan karena jumlah mutasi yang tinggi. Virus pada varian ini juga dikenal lebih kebal/resisten terhadap vaksin, termasuk meningkatkan penularan dan menyebabkan gejala yang lebih parah.

Malik melanjutkan dari bukti awal menunjukkan peningkatan risiko infeksi ulang dengan varian ini, lalu menyebabkan peningkatan penularan serta kematian dan bahkan dapat memengaruhi efektivitas vaksin. "Karena itu WHO (Organisasi Kesehatan Dunia) telah menetapkan varian Omicron ditetapkan sebagai variant of concern (VOC)," katanya.

Namun, kata dia, keberadaan antibodi yang terbentuk dari dua sumber yakni pemberian vaksin dosis dua kali dan pembentukan antibodi secara alamiah dalam tubuh dapat bekerja secara efektif dalam menetralkan virus dengan varian ini. Ia menambahkan peningkatan kasus untuk varian ini terjadi karena adanya penurunan dalam pengujian, penelusuran, pelacakan, dan isolasi, serta target vaksin yang belum mencapai 70 persen, khususnya di kalangan usia muda, karena kasus didominasi usia muda.

"Jadi pencapaian target vaksin dosis ke-2 lebih dari 70 persen menjadi hal yang sangat penting dan mendesak," kata Malik.

Psikolog anak Seto Mulyadi menegaskan, betapa pentingnya vaksinasi Covid-19 diberikan kepada anak. Karena, vaksinasi merupakan pemenuhan hak anak untuk bisa tumbuh dan berkembang dengan baik.

Pengertian tersebut, menurutnya, harus dikampanyekan terus-menerus guna menghapus keraguan orang tua akan pentingnya vaksinasi anak. Dalam hal ini ia menyayangkan bahwa kadang justru orang tua yang menjadi penghalang vaksinasi bagi anak.

“Kadang orang tua yang menghalangi karena berbagai hoaks. Karenanya penjelasan kepada orang tua perlu diberikan agar mereka tidak lagi percaya hoaks dan mau mengizinkan anak untuk divaksinasi Covid-19,” tutur Kak Seto, sapaan akrab Seto Mulyadi, Senin (20/12).

Bila perlu, menurutnya, dapat dengan pendekatan khusus dari RT dan RW, juga informasi resmi dari pemerintah. Dalam hal ini, pemberdayayaan kerukunan RT dan RW harus dapat ditingkatkan. KakSeto menekankan, bahwa gotong royong melawan hoaks di antara masyarakat tersebut juga perlu diupayakan.

“Orang tua diharapkan akhirnya terbuka dan bersinergi bersama,” tambahnya.

Selain itu, pendekatan kepada anak dengan bahasa anak juga perlu. Bahkan, anak yang sudah paham selanjutnya juga dapat membantu meyakinkan orang tua. Kak Seto juga menekankan bahwa saat ini, hal penting untuk anak adalah hak hidup dan hak sehat, termasuk sehat mental.

“Dengan anak gembira, maka resiliensi (daya lenting) akan naik, imun kuat. Sedangkan anak yang depresi mudah sakit, itu malah kontraproduktif di masa pandemi sekarang ini,” ujar Kak Seto.

photo
Vaksinasi Covid-19 anak usia 5-11 tahun. - (Republika)

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement