REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan (Menko Polhukam) Mahfud MD meminta kepada Perhimpunan Indonesia-Tionghoa (INTI) agar menjadi garda terdepan dalam meningkatkan kerukunan dan kepedulian demi kepentingan bersama sebagai bangsa Indonesia.
Hal itu disampaikan oleh Deputi VI Bidang Koordinasi Kesatuan Bangsa Kemenko Polhukam, Janedjri M Gaffar yang mewakili Mahfud dalam acara Musyawarah Nasional V Perhimpunan Indonesia-Tionghoa (INTI) di Jakarta, Ahad (19/12).
"Perhimpunan INTI harus mampu mendorong proses pembauran sosial untuk terwujudnya harmoni dalam kehidupan berbangsa," kata Mahfud dalam keterangannya yang diterima di Jakarta.
Mahfud juga menekankan bahwa identitas kebangsaan Indonesia tidak hanya pada satu suku, ras, bahasa, ataupun agama tertentu. Ia menyebut, identitas kebangsaan Indonesia adalah pada ide, gagasan, serta cita-cita untuk hidup merdeka dan menghapuskan penjajahan di atas dunia.
"Ke-bhinneka-an adalah realitas manusia, sekaligus realitas sejarah yang tidak dapat diingkari. Sejarah menunjukkan bahwa suatu bangsa akan mengalami perang tidak berkesudahan, bahkan kehancuran ketika memaksakan penyeragaman dalam mengelola kehidupan berbangsa dan bernegara," ujarnya.
Ia pun memaparkan, kebhinekaan yang berisi perbedaan identitas dan pandangan tentu memiliki potensi yang dapat berkembang menjadi konflik dan perpecahan jika hubungan harmonis antar-komponen bangsa tidak diwujudkan. Pada tataran praktik implementatif, jelas dia, persatuan atas dasar wawasan kebangsaan harus selalu dijaga dan ditingkatkan dengan menjalankan kerukunan serta kepedulian terhadap sesama warga negara dan antar warga masyarakat.
Mahfud menjelaskan, praktik kerukunan dan kepedulian tersebut membutuhkan proses pembauran antar kelompok masyarakat. Menurut dia, pembauran adalah sikap dan tindakan untuk saling mengenal, berkomunikasi, serta berinteraksi secara sosial dengan warga dan masyarakat lain.
Hal ini, sambung Mahfud, harus dilakukan dengan memberikan ruang dan peran kepada warga dan kelompok lain di setiap bidang kehidupan, baik dalam lingkungan sosial di tempat tinggal, pemerintahan, bidang politik, maupun di bidang ekonomi. Dengan demikian, kata dia, tidak akan ada eksklusivisme.
"Saya yakin, Perhimpunan INTI sebagai ormas mampu menjadi garda terdepan dalam meningkatkan kerukunan dan kepedulian demi kepentingan bersama sebagai bangsa Indonesia," tutur dia.