Ciri sehat mental
"Orang yang katanya sehat mental itu dikatakan sehat ketika dia sensitif terhadap lingkungannya yang sedang mengalami gangguan," kata Tika.
Rasa empati serta keinginan untuk membantu orang lain saat dilanda depresi adalah ciri dari mental yang sehat. Termasuk, kemampuan untuk berpikir rasional pada batas kemampuan diri sendiri. Salah satu contohnya adalah keinginan berlibur.
"Saya butuh bantuan nih, atau saya butuh liburan. Orang-orang seperti ini yang sehat mentalnya, karena dia sangat menyadari situasi yang tidak sehat. Dia segera mencari bantuan, jadi dia tahu persis kapan dia sehat, kapan dia 'enggak' sehat," katanya.
Psikolog yang hobi menyanyi itu berpendapat, bahwa urusan psikologi bukan konsumsi publik. Sehingga, penanganannya pun harus melibatkan kalangan profesional untuk menjembatani solusi antara penderita dengan pihak terkait.
"Seorang psikolog profesional tidak cenderung menghakimi, memberi masukan yang salah, hingga bersikap 'kepo' atau ingin tahu secara mendalam persoalan yang dihadapi kliennya," kata Tika.
Pilihan untuk bercerita pada sahabat bukan pilihan yang wajib dilakukan. Justru seorang sahabat yang baik akan mengarahkan rekannya yang dilanda depresi agar berkonsultasi ke profesional.
Sebagai seorang profesional, kata Tika, psikolog dituntut mempertanggungjawabkan pekerjaannya secara kompetensi, moral hingga etik. Terkait besaran tarif, Tika memastikan, ada banyak psikolog yang siap melayani dengan "bayaran kocek mahasiswa" bagi mereka yang terbatas secara finansial.
"Kan bisa jujur, saya enggak punya duit, tapi butuh ke profesional. Boleh nggak saya bayar sebagai mahasiswa?. Bahkan, klien yang biasa minta diskon juga banyak dan boleh-boleh saja, tapi nggak boleh nol, karena saya profesional," katanya.
Penderita depresi bisa mengakses layanan profesional contohnya di bagian Bimbingan Konseling (BK) di sekolah, Human Resource Departement (HRD) di perusahaan. Bahkan, fasilitas konseling di Ruang Publik Terpadu Ramah Anak (RPTRA).
Proses pemulihan depresi tergantung pada kasus serta level trauma yang dialami. Selain itu juga ditentukan oleh psikolinguistik dalam mempelajari faktor-faktor psikologis dan neurobiologis yang memungkinkan klien memahami bahasa.