Rabu 08 Dec 2021 14:56 WIB

PKB Sebut akan Ada Kejutan Reshuffle, Johan Budi Bertemu Jokowi

Jazilul menyebut akan ada kejutan reshuffle yang bisa terjadi dalam waktu dekat.

Rep: Febrianto Adi Saputro/ Red: Mas Alamil Huda
Wakil Ketua Umum PKB Jazilul Fawaid menyebut akan ada kejutan reshuffle kabinet.
Foto: MPR
Wakil Ketua Umum PKB Jazilul Fawaid menyebut akan ada kejutan reshuffle kabinet.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Wakil Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), Jazilul Fawaid, mengaku belum mendengar kabar terbaru terkait isu reshuffle kabinet setelah sebelumnya santer terdengar akan dilakukan pada Rabu (8/12) ini. Namun, ia menyebut akan ada kejutan pada reshuffle yang disebutnya bisa terjadi dalam waktu dekat.

"Ini sampai hari ini tertutup ya. Belum ada bisik-bisik dari Istana. Tapi saya melihatnya kalau begini biasanya ada kejutan, tunggu saja kejutannya. Karena belum ada nih, belum ada," kata Jazilul di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Rabu (8/12).

Baca Juga

Ia juga menanggapi terkait isu lain yang beredar bahwa reshuffle akan dilakukan pada 22 Desember. Menurutnya, hal itu bisa saja terjadi. "Memang kalau biasanya hari Rabu, berarti tinggal satu hari Rabu lagi di tanggal 22 Desember, apakah mungkin? Mungkin saja, tidak ada yang tidak mungkin. Tapi yang tahu hanya Pak Jokowi," ujarnya.

Jazilul memprediksi reshuffle akan terjadi pada akhir tahun atau awal tahun. Hal tersebut supaya memunculkan kejutan. "Dugaan saya di akhir tahun atau di awal tahun. Sama sama mengejutkan nantinya," ucapnya. 

Beberapa waktu lalu, politikus PDIP Johan Budi bertemu dengan Presiden Jokowi. Namun, Johan membantah pertemuan tersebut membicarakan reshuffle kabinet. Johan sebelumnya santer dikabarkan akan kembali mengisi posisi juru bicara presiden mengingat posisi tersebut saat ini kosong.

"Kalau itu (reshuffle) dikaitkan sama saya ketemu Pak Jokowi kemarin, saya sebenarnya ketemu Pak Jokowi, seperti yang sudah saya sampaikan kan silaturahmi dan ini bukan kali pertama saya ketemu Pak Jokowi selama saya di DPR," kata Johan, Senin (6/12).

Dalam pertemuan tersebut, Johan mengaku menyampaikan sejumlah masukan secara langsung kepada Presiden Jokowi terkait kinerja kabinet. Masukan itu ia sampakan berdasarkan aspirasi masyarakat di dapilnya. 

"Kedua, Pak Presiden Jokowi juga senang mendapat informasi-informasi dari siapapun, saya menyebutnya semacam second opinion yang berkaitan dengan tugas para menterinya. Sebenarnya itu, jadi silaturahmi sama itu, jadi nggak bahas soal reshuffle," ungkapnya.

Johan juga membantah dalam pertemuan tersebut dirinya kembali ditawari mengisi posisi juru bicara yang saat ini masih kosong. Dirinya kembali menegaskan bahwa kedatangannya menemui Jokowi hanya untuk silaturahmi.

"Dibilang nggak ada (ditawari jubir), dan nggak ada tawar-menawar. Saya sudah pernah jadi stafsus Presiden yang tugasnya juru bicara," tegasnya.

Terkait masih tidaknya diperlukannya posisi jubir, Johan menilai seorang juru bicara harus yang memahami betul Jokowi. Ia pun mengkritik banyaknya pihak Istana yang berbicara atas nama Jokowi. Menurutnya, seharusnya juru bicara presiden cukup satu pintu.

"Selama ini saya perhatikan di Istana itu banyak sekali yang bicara. Yang kadang-kadang seolah menjadi jubir Pak Jokowi selain Pak Fadjroel. Selain Pak Fadjroel, staf khusus yang lain juga ngomong kan, mewakili siapa, ya pasti Pak Jokowi," ucapnya.

Karena itu, ia menilai Istana perlu melihat kembali apakah yang sudah dilakukan selama ini sudah dirasa mewakili kepentingan Jokowi. Jika belum, Johan menilai, maka posisi juru bicara masih diperlukan.

"Pertanyaan sekarang perlu jubir nggak, tergantung Pak Jokowi. Perlu nggak, poin saya jangan semua ngomong. Iya kalau sama, kalau nggak sama? Apa yang terjadi, publik bingung," kata anggota Komisi III DPR itu.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement