Sementara Ketua Badan Pembinaan dan Pembelaan Anggota Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), Zakiudin Munasir, memberikan penjelasan mengenai kemungkinan anak yang menyandang disabilitas tuna rungu bisa berbicara. Menurutnya, masalah itu bergantung pada letak gangguannya.
"Bergantung letak gangguannya, apa di telinga saja (tuli) atau pusat bicara di otak, atau dua-duanya," ujarnya saat dihubungi Republika, Kamis (2/12).
Ia menambahkan, jika yang terganggu adalah pusat bicara di otak maka itu ada di area Broca. Lebih lanjut dia menjelaskan, area Broca adalah bagian dari otak manusia yang terletak di gyrus frontalis inferior, pars triangularis pada lobus frontalis korteks otak besar.
"Area ini berperan pada proses bahasa, serta kemampuan, dan pemahaman berbicara," ujarnya.
Ia menambahkan, area Broca terletak berdampingan dengan area Wernicke. Keduanya ditemukan hanya pada salah satu belahan otak saja, umumnya pada bagian kiri, karena populasi manusia kebanyakan dominan kiri. Lebih lanjut ia menyebutkan lokasi area Broca terletak kira-kira pada area Brodman 44 dan kadang-kadang juga mencakup 45. Area Broca dan Wernicke dihubungkan dengan satu jalur saraf yang disebut fasciculus arcuata.
"Pada kera makakus, bagian ini bertanggung jawab penuh untuk mengatur bagian wajah dan mulut (orofasial)," katanya.