Kamis 02 Dec 2021 12:29 WIB

Risma Paksa Anak Disabilitas Rungu Berbicara, Diprotes

Alhasil, seorang anak disabilitas rungu wicara lainnya langsung protes ke Risma.

Rep: Febryan. A/ Red: Agus Yulianto
Menteri Sosial Tri Rismaharini (kedua dari kiri) dalam acara peringatan Hari Disabilitas Internasional 2021 di kantor Kementerian Sosial, Jakarta, Rabu (1/12).
Foto: Humas Kemensos
Menteri Sosial Tri Rismaharini (kedua dari kiri) dalam acara peringatan Hari Disabilitas Internasional 2021 di kantor Kementerian Sosial, Jakarta, Rabu (1/12).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Sosial Tri Rismaharini memaksa seorang anak penyandang disabilitas rungu wicara untuk berbicara di hadapan khalayak ramai saat peringatan Hari Disabilitas Internasional di kantor Kemensos, Jakarta, Rabu (1/12). Alhasil, seorang anak disabilitas rungu wicara lainnya langsung protes di hadapan Risma. 

Peristiwa itu bermula ketika Risma melihat lukisan pohon yang dibuat seorang anak disabilitas rungu wicara. Di atas panggung acara tersebut, Risma meminta anak itu untuk berbicara. 

"Kamu melukis pohon karena pingin kami semua tidak merusak bumi, kan. Kamu sekarang ibu minta bicara. Ndak pakai alat, kamu bicara," kata Risma kepada anak tersebut. 

Risma lantas menyodorkan mikrofon ke mulut anak laki-laki itu. Setelah sekian menit, sang anak tetap tak bisa menyebutkan sepatah kata pun. 

Tak lama berselang, seorang anak yang juga disabilitas rungu wicara mengajukan diri untuk ikut naik ke atas panggung. Anak itu bernama Stefanus, yang merupakan perwakilan dari Gerakan untuk Kesejahteraan Tuna Rungu Indonesia (Gerkatin). 

Di atas panggung itu, Stefanus ternyata menyampaikan protes kepada Risma. “Saya mau bicara dengan ibu sebelumnya, bahwasanya anak tuli itu memang harus menggunakan alat bantu dengar, tapi tidak untuk dipaksa berbicara,” kata Stefanus melalui penerjemah bahasa bicara isyarat. 

Stefanus mengaku, kaget saat melihat Risma memaksa penyandang disabilitas rungu wicara untuk berbicara. Sebab, penyandang disabilitas rungu wicara biasanya berbicara dengan bahasa isyarat. 

“Karakter anak tuli itu bermacam-macam. Jadi ada yang bicaranya tidak jelas, ada yang memang dia tuli sejak kecil dan kemampuan bahasa isyaratnya pun beragam. Jadi itu yang harus dihargai,” kata Stefanus, yang berdiri sekitar dua meter di samping Risma. 

Mendengar protes tersebut, Risma langsung mendekat dan merangkul Stefanus. Risma lantas bilang bahwa dirinya tak melarang anak disabilitas rungu wicara menyamping pikirannya lewat bahasa isyarat. Dirinya hanya ingin melatih kemampuan mereka berbicara. 

“Kenapa ibu paksa kalian untuk bicara? Ibu paksa memang, supaya kita bisa memaksimalkan pemberian Tuhan kepada kita. Mulut, mata, telinga. Tapi saya berharap kita semua bisa mencoba,” ucap Risma. 

Kementerian Sosial mengadakan acara tersebut untuk memperingati Hari Disabilitas Internasional. Dalam acara itu, Risma memberikan motivasi serta bantuan Asistensi Rehabilitasi Nasional (Atensi) kepada para penyandang disabilitas.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement