REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ilmuwan Dr Ines Irene Caterina Atmosukarto yang juga Chief Scientific Officer and Managing Director di Lipotek Pty Ltd yang berbasis di Canberra, Australia mengatakan, virus Corona penyebab Covid-19 akan terus bermutasi. Ada mutasi tersebut yang bersifat merugikan, misalnya memperburuk penyakit yang diakibatkan virus itu.
"Virus itu akan terus bermutasi karena virus ini sebenarnya sumber mutasi itu adalah dari siklus hidup itu sendiri, bukan virus Corona itu pintar," kata Ines dalam acara virtual Gelar Riset dan Inovasi Bidang Kesehatan dan Pangan 2021, di Jakarta, Selasa (30/11).
Ines yang bekerja di perusahaan bioteknologi itu menuturkan, mutasi terjadi ketika virus memperbanyak diri. Proses perbanyakan diri merupakan bagian dari siklus hidup untuk virus dapat bertahan hidup di lingkungan.
Namun, virus membutuhkan inang untuk bisa memperbanyak diri. Pada saat memperbanyak diri, terjadi kesalahan, dan kesalahan itu adalah mutasi.
"Ada mutasi yang sifatnya netral, ada mutasi yang akan memperburuk penyakit tapi ada mutasi yang tidak. Jadi, kita jangan menganggap bahwa semua mutasi ini adalah harus ditakuti," ujarnya.
Sebelumnya, muncul varian baru lagi dari virus SARS-CoV-2 penyebab Covid-19 pada November 2021, yang disebut varian Omicron. Varian itu pertama kali dilaporkan teridentifikasi di Afrika Selatan.Varian Omicron (B.1.1.529) virus Corona penyebab Covid-19 menyebar lebih cepat, sehingga perlu diwaspadai agar tidak masuk ke Indonesia.
"Omicron menyebar lebih cepat dan dapat menyebar di antara orang-orang yang sudah divaksinasi ganda atau dua kali," kata ahli epidemiologi dari Universitas Andalas Defriman Djafri saat dihubungi di Jakarta, Senin (29/11).
Badan Kesehatan Dunia (WHO) menetapkan Omicron dengan status variant of concern (VoC), meskipun WHO saat ini masih sedang mendalami dan menyelidiki penularan Omicron lebih mudah menular dari orang ke orang. Variant of concern adalah varian virus Corona yang menyebabkan peningkatan penularan dan kematian. Bahkan, varian virus Corona yang masuk dalam kategori ini juga disebut memiliki kemampuan dalam mempengaruhi efektivitas vaksin.