Sabtu 27 Nov 2021 11:53 WIB

‘Ada Kekhawatiran Efikasi Vaksin Melawan Varian Omicron’ 

WHO sudah menggolongkan varian Omicron dalam kategori varian yang diwaspadai.

Rep: Febryan. A/ Red: Ratna Puspita
Guru Besar Fakultas Kedokteran UI, Prof Tjandra Yoga Aditama, mengatakan, terdapat banyak mutasi pada virus corona varian B.1.1.529 atau Omicron. Ilustrasi
Foto: Pixabay
Guru Besar Fakultas Kedokteran UI, Prof Tjandra Yoga Aditama, mengatakan, terdapat banyak mutasi pada virus corona varian B.1.1.529 atau Omicron. Ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Guru Besar Fakultas Kedokteran UI, Prof Tjandra Yoga Aditama, mengatakan, terdapat banyak mutasi pada virus corona varian B.1.1.529 atau Omicron. Karena itu, muncul kekhawatiran soal efikasi vaksin terhadap varian corona yang pertama kali terdeteksi di Afrika Selatan itu. 

Tjandra menjelaskan, WHO sudah menggolongkan varian baru ini dalam kategori kewaspadaan tertinggi, yaitu variant of concern (VOC). Pertimbangan utama WHO adalah karena banyaknya mutasi yang terjadi pada varian Omicron ini. Ada yang mengatakan mutasi terjadi di 30 spike protein virus dan ada juga yang menyatakan sampai 50. 

Baca Juga

"Karena 30 mutasi terjadi di spike protein, sementara vaksin biasanya bekerja melalui spike protein, maka memang ada kekhawatiran tentang dampak varian baru ini pada efikasi vaksin," kata Tjandra dalam keterangan tertulisnya, Sabtu (27/11). 

Kini, kata Tjandra, produsen vaksin Moderna dan Astra Zeneca sedang meneliti varian Omicron ini di Botswana. Ia pun yakin produsen vaksin lainnya, termasuk yang di Indonesia, akan melakukan langkah serupa. 

Tjandra menambahkan, mutasi spike protein pada varian Omicron itu adalah yang terbanyak sejauh ini. Bahkan, sebagian mutasinya adalah baru (novel). 

Mutasi yang sangat banyak, kata dia, dikhawatirkan berhubungan dengan tiga hal. Pertama, penyebarannya yang cepat seperti hal sudah terjadi di Afrika. Kedua, varian ini bisa menginfeksi ulang para penyintas Covid-19. Ketiga, varian ini bisa menyerang sistem imun. 

Namun, kekhawatiran itu masih harus dipastikan lewat sejumlah penelitian. "Masih perlu beberapa minggu untuk memastikan ada tidaknya dan seberapa besar dampak varian baru ini pada penyebaran, beratnya penyakit, infeksi ulang, apakah PCR dan rapid antigen masih dapat digunakan, dan dampaknya pada vaksin," kata eks Direktur Penyakit Menular WHO Asia Tenggara itu. 

Kendati demikian, Tjandra meminta pemerintah untuk bersiaga. Sebab, varian Omicron ini sudah lintas benua lantaran telah terdeteksi di Belgia dan Hongkong. 

Negara lain, kata dia, sudah mengambil langkah antisipasi dengan cara pembatasan masuk bagi orang asing yang memiliki riwayat perjalanan ke negara terjangkit. Beberapa negara yang melakukan pembatasan itu adalah Inggris, Singapura, Jepang, Malaysia, Filipina, Israel, Turki, Mesir, Arab Saudi, Bahrain, Jordan, Amerika Serikat, dan Kanada. 

Pada Jumat (26/11), organisasi kesehatan dunia atau WHO mengumumkan bahwa varian baru Covid-19 yang ditemukan di Afrika Selatan dinamai Omicron. Varian ini, yang sebelumnya disebut B.1.1.529,  digolongkan ke dalam kategori variant of concern karena ia menular lebih cepat dibandingkan varian lain.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement