Kamis 25 Nov 2021 12:03 WIB

Perbaiki Sistem Tata Kelola Guru!

Banyak guru ASN memilih menempuh jalur birokrasi struktural di pemda/disdik.

Rep: Rizky Suryarandika/Nawir Arsyad Akbar/Ronggo Astungkoro/ Red: Agus Yulianto
Pemerintah memberikan penghargaan kepada sejumlah guru berprestasi saat upacara Peringatan Hari Guru Nasional, Kamis (25/11).
Foto:

Berharap terobosan pemerintah

Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Haedar Nashir mengingatkan, guru merupakan bagian penting dari aktor pemajuan dunia pendidikan Indonesia. Guru menjadi penentu nasib pendidikan Indonesia hari ini dan ke depan. Walau pun guru hanya bagian dari keseluruhan sistem yang tidak dapat bekerja sendirian.

“Dari dunia guru yang maju lahir pendidikan Indonesia berkemajuan. Sebaliknya, dari kondisi guru yang serba terbatas, sukarlah urusan memajukan pendidikan Indonesia. Kami percaya para guru di seluruh penjuru negeri  memiliki komitmen dan pengkhidmatan tinggi untuk memajukan pendidikan Indonesia," ujar Haedar.

Prof Haedar mengakui, dunia pendidikan Indonesia kompleks dengan segala masalah dan tantangan. Ia juga menyadari, kondisi pendidikan dan situasi anak didik Indonesia tidak dapat digeneralisasi antara di pelosok dengan di kota besar.

"Masih banyak lembaga pendidikan di pelosok-pelosok terjauh mengalami kesulitan hanya untuk bertahan hidup, dari sarana prasarana, guru, dan dana yang serba terbatas sampai kondisi anak didik dengan latar sosiologis yang kompleks," ungkap Haedar.

Haedar berharap, Pemerintah mengeluarkan terobosan guna menjawab tantangan dunia pendidikan di Tanah Air. Bila tidak ada inovasi, dia khawatir, beratnya masalah dan tantangan dunia pendidikan ke depannya.

“Fokusnya mesti tertuju pada masalah dalam memajukan pendidikan Indonesia agar makin berkualitas secara merata sebagai agenda yang tidak ringan. Apalagi ditambah dengan urusan-urusan lain yang dibebankan pada dunia pendidikan seperti soal radikalisme, intoleransi, kekerasan, dan lain-lain yang mesti seksama dalam memecahkannya,” tegas Haedar.

Sementara itu, Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Mendikbudristek), Nadiem Makarim, menangkap, keinginan guru se-Indonesia yang menginginkan kesempatan yang adil untuk mencapai kesejahteraan yang manusiawi. Selain itu, menurut dia, guru se-Indonesia juga menginginkan akses terhadap teknologi dan pelatihan yang relevan dan praktis.

Guru, kata dia, juga menginginkan kurikulum yang sederhana dan bisa mengakomodasi kemampuan dan bakat setiap murid yang berbeda-beda. Kemudian, guru-guru pun menginginkan pemimpin-pemimpin sekolah mereka untuk berpihak kepada murid, bukan pada birokrasi.

"Guru se-Indonesia ingin kemerdekaan untuk berinovasi tanpa dijajah oleh keseragaman," kata dia.

Hal itu, dia dapatkan setelah menginap di beberapa kediaman guru honorer, guru penggerak, dan santri di beberapa daerah. Nadiem melihat, adanya fenomena yang tak dikira sebelumnya. Di mana, menurut dia, akan sangat wajar apabila dalam situasi pandemi banyak guru yang terdemotivasi.

"Kita semua tersandung dengan adanya pandemi. Guru dari Sabang sampai Merauke terpukul secara ekonomi, terpukul secara kesehatan, dan terpukul secara batin," kata dia.

 

Meski demikian, Mendikbudristek mengucapkan terima kasih kepada semua guru se-Indonesia atas pengorbanan dan ketangguhannya. “Saya tidak akan menyerah untuk memperjuangkan Merdeka Belajar demi kehidupan dan masa depan guru se-Indonesia yang lebih baik. Terima kasih, Merdeka Belajar ini sekarang milik Anda,” ujar dia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement