Kamis 18 Nov 2021 20:30 WIB

Epidemiolog: Ada Potensi Gelombang Ketiga Seusai Tahun Baru

Pemerintah hanya melarang ASN cuti di masa liburan tahun baru.

Rep: Rr Laeny Sulistyawati/ Red: Indira Rezkisari
Foto udara suasana Pantai Double Six di Seminyak, Badung, Bali, Ahad (3/1/2021). Jelang pergantian tahun 2022 Pemerintah mengambil kebijakan ketat dengan memberlakukan PPKM Level 3.
Foto: FIKRI YUSUF/ANTARA
Foto udara suasana Pantai Double Six di Seminyak, Badung, Bali, Ahad (3/1/2021). Jelang pergantian tahun 2022 Pemerintah mengambil kebijakan ketat dengan memberlakukan PPKM Level 3.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Epidemiolog dari Universitas Airlangga (Unair) Surabaya Windhu Purnomo mengakui, ada risiko terjadi peningkatan kasus Covid-19 atau gelombang ketiga usai libur natal dan tahun baru (nataru) bulan depan. Potensi kenaikan kasus tersebut harus dicegah.

"Tentu ada potensi gelombang ketiga lonjakan kasus Covid-19 ada. Ada risiko saat libur akhir tahun kemudian setiap orang melakukan mobilitas kemudian meningkatkan kasus Covid-19," katanya saat berbicara di konferensi virtual bertema Waspada Gelombang Ketiga Pandemi Covid-19 di Akhir Tahun, Kamis (18/11).

Baca Juga

Ia menambahkan, biasanya masyarakat melakukan mobilitas di akhir tahun yaitu rekreasi di tempat wisata.  Ia mengakui, pemerintah memang menghapus cuti bersama Natal dan tahun baru sebagai upaya untuk mencegah gelombang ketiga. Tetapi, ia mengingatkan kebijakan itu hanya berefek pada aparatur sipil negara (ASN).

Menteri PAN/RB hampir pasti mengeluarkan surat edaran mengenai itu.

"Sedangkan bagi yang bukan ASN tidak terikat penghapusan cuti bersama itu. Sedangkan jumlah ASN secara proporsi juga kecil hanya sekitar 4 persen dan dengan keluarganya 10 persen," katanya.

Artinya, dia menambahkan, kelompok wiraswasta atau pekerja swasta ketika ingin berlibur maka tinggal pergi karena tidak terikat dengan ketentuan itu. Jadi, ia memperkirakan kebijakan ini tak terlalu berpengaruh dalam membatasi pergerakan orang berlibur saat Natal tahun baru. Namun, Windhu mewanti-wanti jangan sampai potensi ini jadi kenyataan.

"Artinya harus mampu mencegahnya karena lonjakan kasus Covid-19 ini bisa dicegah. Jadi usaha-usaha yang lainnya adalah pembatasan mobilitas," katanya.

Sebab, ia menjelaskan biasanya masyarakat beramai-ramai menuju tempat wisata dalam negeri maupun luar negeri. Padahal, ini berisiko menciptakan kerumunan yang bisa menyebabkan transmisi virus. Efeknya itu akan meningkatkan penularan virus.

Namun, dirinya memprediksi kalaupun terjadi kenaikan kasus Covid-19 besok usai Natal Tahun Baru tidaklah sebesar Juni-Juli 2021 kemarin. Sebab, ia menduga sudah banyak masyarakat yang terinfeksi Covid-19, disadari atau tidak. Sehingga, banyak orang mengalami kekebalan alamiah selain karena vaksinasi. "Tetapi ini dugaan, perlu bukti," katanya.

Karena itu lonjakan kasus Covid-19 sekecil apapun harus dihindari. Lonjakan kasus Covid-19 sekecil apapun jangan sampai terjadi dan tak ada yang berharap terjadi gelombang ketiga Covid-19.

"Sebab, sekecil apapun penularan virus tetapi kalau banyak yang belum divaksin secara lengkap maka bisa menimbulkan kematian," ujarnya. Apalagi dia mencatat angka kematian (CFR) di Indonesia 3,3 sampai 3,4 persen sedangkan dunia sekitar 2,1 persen.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement