REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Surabaya akan dijadikan percontohan nasional dalam uji coba Pembelajaran Tatap Muka (PTM) 100 persen. Menurut Wali Kota Surabaya, Eri Cahyadi, rencana tersebut, disampaikan tenaga ahli Kementerian Kesehatan (Kemenkes), dr Andani Eka Putra, pada Senin (15/11).
Dalam pertemuan itu, salah satunya membahas mengenai pelaksanaan PTM di Surabaya. "Salah satunya ketika Surabaya ini sudah 100 persen vaksinnya, sudah level satu, (vaksin) lansia sudah 94 persen. Maka ada kesepakatan bersama empat menteri, itu akan 100 persen sekolahnya Surabaya," kata Eri di Surabaya, Rabu (16/11).
Eri mengatakan, pada intinya pemerintah pusat ingin menjadikan Kota Surabaya sebagai acuan nasional menuju penyelenggaraan PTM 100 persen. Sebab, pemerintah pusat menilai, Surabaya adalah daerah yang paling siap untuk melaksanakan kebijakan itu.
"Kota Surabaya dijadikan acuan. Karena selama ini asesmennya, cek lapangan, setelah itu melakukan (surveilans) 10 persen di sekolah tadi itu ternyata Surabaya yang paling siap," ujarnya.
Eri menyampaikan, yang terpenting adalah PTM di Surabaya dapat berjalan. Sebab, ketika para pelajar hanya mengikuti pendidikan melalui daring, maka akan sangat sulit bagi mereka untuk lebih intens memahami pembelajaran yang diberikan.
"Yang penting pendidikan ini berjalan. Karena bagaimanapun kalau tidak bertemu (PTM), ini agak susah. Yang kedua selalu saya katakan minta izin orang tua," kata Eri.
Eri kembali menegaskan, sekolah bukanlah satu-satunya tempat penularan Covid-19. Sebab, bisa saja anak itu tertular Covid-19 ketika bermain atau beraktivitas di luar sekolah. Artinya, kata dia, kalaupun sekolah dilarang tapi anaknya di rumah dibiarkan tidak pakai masker bukan tidak mungkin bakal tertular Covid-19.
Eri pun berpesan kepada seluruh masyarakat agar saling introspeksi diri, saling menjaga dan tetap disiplin menerapkan protokol kesehatan (prokes) di manapun berada. Dengan gotong-royong dan kerja sama, ia meyakini pandemi Covid-19 bisa terlewati.
"Saya berharap semua yang ada di Surabaya selalu introspeksi diri, menjaga prokes, tidak saling menyalahkan. Inilah Surabaya, yang penuh gotong-royong, Insya Allah Covid-19 bisa dilewati," kata dia.
Di Kulon Progo, Gugus Tugas Penanganan Covid-19 setempat memastikan bahwa pembelajaran tatap muka yang telah dilaksanakan di wilayah itu sejak awal Oktober 2021 tidak menyebabkan klaster penyebaran Covid-19. Juru Bicara Gugus Tugas Penanganan Covid-19 Kulon Progo, Baning Rahayujati, mengatakan dari 54 sekolah, terkonfirmasi Covid-19 sebanyak 94 siswa atau empat persen dari sampel yang ada sebanyak 2.221 siswa yang terdiri dari 55 SD, 11 SMP, dan 28 SMA serta satu SLB yang tidak ada yang positif.
"Dari hasil skrining epidemiologi, kami tidak menemukan adanya penularan dari satu kasus ke kasus lain atau belum ada klaster sekolah dari kegiatan pembelajaran tatap muka," kata Baning.
Dia mengatakan, dari sekolah yang dihentikan pelaksanaan PTM selama 15 hari, ada 19 sekolah, yakni 15 SD, satu SMP dan tiga SMA. Kemudian yang diberhentikan PTM kelas saja ada 11 sekolah, yakni lima SD, dua SMP dan empat SMA, sedangkan lainnya sekolah masih melanjutkan pembelajaran tatap muka.
Untuk tambahan kasus dari hasil pelacakan sudah terperiksana 976 sampel untuk tes antigennyang semuanya negatif. Untuk PCR hari pertama dan kedua, petugas menemukan dua kasus terkonfirmasi Covid-19, satu teman kelas, dan satu anggota keluarga. Pihaknya menduga, terkonfirmasi positif satu kelas bukan karena tertular, tapi karena tidak tersampling.
“Kami melakukan pengambilan berdasarkan acak, tidak semua satu kelas dites, hanya 10 persen saja. Yang di rumah satu keluarga terkonfirmasi hasil tracing masih kami kaji apakah ada hubungan penularan ini atau tidak," katanya.
Baning menyebut program surveilans PTM juga rencananya akan dilanjutkan pada Desember sesuai dengan prosedur yang dikeluarkan oleh Kemenkes. Gugus Tugas Penanganan Covid-19 Kulon Progo masih melakukan evaluasi apakah program surveilans PTM bakal dilaksanakan pada Desember atau Januari 2022.
"Kalau pedoman Kemenkes, maka diupayakan untuk tahapan kedua. Ini tahap pertama 10 persen, lalu satu bulan berikutnya dari tatap muka selanjutnya juga dilakukan hal yang sama dengan sasaran sekolah yang belum dilakukan skrining," kata Baning.
Ketua Gugus Tugas Penanganan Covid-19 Kulon Progo, Fajar Gegana, mengatakan temuan kasus positif Covid-19 pada sejumlah siswa yang telah mengikuti kegiatan PTM di Kulon Progo menjadi tolok ukur penerapan protokol pencegahan penularan Covid-19 di wilayah itu. "Kami harus lebih mengoptimalkan protokol pencegahan penularan Covid-19. Terlebih, nanti ada libur Natal dantahun baru. Upaya sosialisasi kepada masyarakat akan kami tingkatkan agar kasus positif Covid-19 di Kulonprogo tidak melonjak tajam," jelasnya.