Rabu 17 Nov 2021 14:58 WIB

Pengamat: Dudung Mampu Baca Radikalisme dan Separatisme

Jenderal Dudung punya kemampuan membaca ancaman, baik radikalisme maupun separatisme.

Rep: Erik PP/Dessy Suciati Saputri/ Red: Erik Purnama Putra
Presiden Jokowi melantik Jenderal Dudung Abdurachman sebagai KSAD di Istana Negara, Jakarta Pusat, Rabu (17/11).
Foto: Dok Setkab
Presiden Jokowi melantik Jenderal Dudung Abdurachman sebagai KSAD di Istana Negara, Jakarta Pusat, Rabu (17/11).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Presiden Joko Widodo (Jokowi) resmi melantik Jenderal Dudung Abdurachman sebagai Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD) di Istana Negara, Jakarta Pusat, Rabu (17/11). Dudung dilantik sebagai KSAD pengganti Jenderal Andika Perkasa berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 107 TNI Tahun 2021. Dudung pun sekaligus mendapat kenaikan pangkat dari Letnan Jenderal (Letjen) menjadi Jenderal.

Pengamat intelijen dan militer Susanintyas Nefo Handayani Kertopati menyebut, Jenderal Dudung seorang perwira tinggi (pati) yang memiliki kemampuan baik, dalam menghadapi peperangan hibrida. "Yang bersangkutan mampu membaca ancaman baik radikalisme maupun separatisme," kata Nuning saat dihubungi Republika di Jakarta, Rabu.

Baca Juga

Menurut dia, secara ideal, KSAD diharapkan memiliki kemampuan manajemen tempur dan diplomasi militer yang andal. Juga, mempunyai pengetahuan intelijen serta cukup memahami perkembangan teknologi pertahanan baru, termasuk siber.

"Membangun TNI yang mampu melaksanakan interoperabilitas dan kualitas prajurit TNI dalam hadapi perang siber juga harus ditingkatkan untuk mengawaki teknologi militer terkini, seperti pemanfaatan unmanned system, baik berupa robot maupun artificial intelligent, dan cyber defense," kata Nuning.

Dia menyebut, Dudung memiliki tugas mengembangkan lingkungan strategis TNI di tataran regional dan global. Selain itu, wajib meningkatkan fungsi diplomasi pertahanan di tingkat internasional. "Oleh karenanya, dibutuhkan sosok KSAD yang memiliki dampak penangkalan bagi petinggi militer internasional, seperti halnya tuntutan Panglima TNI," ucap dosen Universitas Pertahanan (Unhan) tersebut.

Nuning mengingatkan, Dudung sebagai KSAD harus piawai menyesuaikan rencana strategisnya dengan visi misi Panglima TNI Jenderal Andika. Dudung, sambung dia, wajib siap menerapkan slogan 'TNI Adalah Kita', sehingga TNI AD menjadi institusi yang bisa turut menyelesaikan masalah radikalisme dan separatisme.

"Dengan cara yang tidak berlakukan metode militeristik penuh, piawai dalam komunikasi antarbudaya, serta memiliki kemampuan kognitif yang bagus," ucap Nuning.

Saat dilantik di Istana, Dudung pun bersumpah mengikuti ucapan Presiden Jokowi. "Demi Allah saya bersumpah bahwa saya akan setia kepada negara kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan UUD Negara Republik Indonesia tahun 1945 serta akan menjalankan segala peraturan perundang-undangan dengan selurus-lurusnya demi dharma bakti saya kepada bangsa dan negara," kata Dudung.

"Bahwa saya dalam menjalankan tugas jabatan akan menjunjung tinggi etika jabatan, bekerja dengan sebaik-baiknya dengan penuh rasa tanggung jawab. Bahwa saya akan menjunjung tinggi sumpah prajurit," kata Dudung mengikuti sumpah yang dibacakan RI 1.

Acara kemudian dilanjutkan dengan penandatangan berita acara dan pembacaan kenaikan pangkat. Kenaikan pangkat ini berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 108 TNI Tahun 2021 tentang kenaikan pangkat dalam golongan perwira tinggi TNI.

Abiturien Akademi Militer (Akmil) 1988-B tersebut kariernya meroket setelah terlibat pencopotan baliho Front Pembela Islam (FPI) di Jakarta pada medio November 2020. Dudung kala menjadi Gubernur Akmil juga membuat patung Sukarno, yang peresmiannya dihadiri Ketua Umum DPP PDIP Megawati Soekarnoputri.

Baca juga: Jokowi Lantik Dudung Jadi KSAD

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement