REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Universitas BSI (Bina Sarana Informatika) bekerja sama dengan Dinas Lingkungan Hidup (DLH) DKI Jakarta menggelar Pengabdian Masyarakat (PM) dalam pengelolaan sampah rumah tangga. Kegiatan dilaksanakan dalam bentuk pelatihan public speaking dan pendampingan kepada petugas satuan pelaksana (Satpel) DLH DKI Jakarta dan Penyedia Jasa Lainnya Perorangan (PJLP).
Kegiatan pelatihan public speaking diadakan selama dua hari, Sabtu hingga Ahad pekan lalu. Sedangkan kegiatan pendampingan dilakukan selama tiga bulan ke depan. Webinar public speaking diikuti 180 peserta dari Satpel dan PJLP se-DKI Jakarta.
Kepala Program Studi (Kaprodi) Ilmu Komunikasi Universitas BSI (UBSI) Anisti mengatakan kegiatan pengabdian masyarakat ini merupakan kewajiban dosen di Indonesia termasuk BSI. Dalam pengabdian ini, menurut Anisti, para dosen memberikan pengetahuan untuk meningkatkan kemmampuan berkomunikasi saat petugas PJLP melakukan sosialisasi kepada masyarakat terkait pengelolaan sampah.
“Kami turut serta berkontribusi dalam mengatasi problem persampahan di Jakarta dengan memberikan pelatihan public speaking untuk memperlancar kinerja petugas di lapangan saat melakukan sosialisai kepada masyarakat," kata Anisti, Sabtu (13/11) seperti dikutip dalam rilis yang diterima Republika.co.id.
Maya May Syarah selaku perwakilan dari Universitas BSI yang membawakan materi tentang public speaking memberikan tips agar para petugas kebersihan ini bisa lebih berani dan percaya diri untuk menyampaikan pesan dan informasi kepada warga khususnya terkait pemilahan sampah. Maya menyebut ada lima jurus agar public speaking sukses dilakukan, di antaranya tentukan tujuan, spesifikasi yang jelas dan mengenali audiens.
“Tentu tujuan awalnya tadi adalah pengangkutan sampah terjadwal, mengurangi volume sampah dan ada pemilahan sampah. Jadi kita tahu dulu tujuannya apa ketika turun ke lapangan yang tentunya sudah dibekali materi yang baik dari Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta,” kata dosen Universitas BSI ini.
“Kalau kita sudah tahu tujuannya apa, harus ada spesifikasi yang jelas. Maksudnya ada kalimat yang tepat dan positif untuk disampaikan ke warga. Kemudian harus bisa membendung diri kita di mana harus memberi kesan kita sebagai petugas di lapangan untuk mengajak kebaikan,” tambahnya.
Safruddin, salah seorang Satpel DLH DKI Jakarta yang sehari-harinya bertanggung jawab atas sampah di Kecamatan Tebet, Jakarta Selatan, menyatakan sosialisasi pengelolaan sampah tidaklah mudah. Menurutnya, karena di Tebet banyak komplek perumahan atau rumah mewah, kendala komunikasi dalam penyampaiannya menjadi isu utama.
“Kendala paling utama itu karena di Tebet Barat dan Timur ini kan banyak rumah mewah yang tentunya pemiliknya pasti tingkat pendidikannya lebih tinggi dibanding petugas kami. Jadinya terkadang petugas di lapangan juga kesulitan untuk menyampaikan agar mereka memilah sampahnya. Ya, mungkin mereka merasa lebih tahu dari petugas kebersihan,” ungkap Safrudin saat acara pelatihan yang dilakukan via aplikasi Zoom Meeting.
“Selama ini yang petugas kami di lapangan temui adalah asisten rumah tangga (ART). Jarang sekali langsung ke pemilik rumahnya. Bisa jadi mereka selama ini tidak memilah sampahnya karena merasa itu sudah tugas petugas pengangkut sampah untuk memilahnya,” sambungnya.
Selain itu, lanjut Safrudin, petugas di lapangan juga kerap minder atau tidak percaya diri untuk menyosialisasikan atau menyampaikan pesan ke pemilik rumah untuk memelihara sampah.
“Petugas pengangkut sampah kita ini kan, maaf pendidikannya rendah, bahkan ada yang hanya lulusan SD. Jadi memang agak kesulitan dalam hal menyampaikan pesan atau menyosialisasikannya,” ujarnya.