REPUBLIKA.CO.ID, BANJARBARU -- Gubernur Kalimantan Selatan (Kalsel), Sahbirin Noor membacakan dua buah puisi pada peringatan Hari Pahlawan 2021, Rabu (10/11) di halaman Kantor Setda Provinsi Kalsel, di Banjarbaru.
Dua buah puisi yang mengingatkan bangsa ini agar menghargai pahlawan yang penuh dengan kegigihan dan pengorbanan itu, disampaikan Paman Birin (sapaan Sahbirin Noor) setelah membacakan pidato sambutan Menteri Sosial RI, Tri Rismaharini.
Peringatan Hari Pahlawan di Kalsel tahun ini digelar langsung, diikuti pejabat lingkup Pemprov Kalsel, Ketua DPRD Kalsel Supian HK dan Kapolda Kalsel, Irjen Pol Rikwanto serta undangan lain.
Paman Birin yang bertindak selaku inspektur upacara bertema “Pahlawanku Inspirasiku” itu, tak kuasa menahan haru saat membacakan bait demi bait kedua puisi itu. Bahkan ia sempat terisak dan menarik nafas dalam-dalam.
Puisi pertama yang sampaikan Paman Birin berjudul : Nak, Belajarlah Mencintai Tanah Air dari Pahlawan Perang Banjar Barito. Isi lengkap puisi adalah :
Nak, pernahkah ikam mendengar,
Kisah tentang demang lehman? yang rela mengalami tiang gantungan demi cintanya pada bumi banua?
Nak ai, pernahkah ikam mencari tahu, apa yang diperjuangkan pangeran antasari? hingga beliau bertekad dalam perjuangannya mengusir penjajah belanda "haram manyarah, waja sampai kaputing!".
Eh nak, nak ai, pernahkah ikam didongengkan oleh kuitan di rumah,
atau guru ikam di sekolah? kisah panglima wangkang atau Panglima Batur.juga ada kisah perjuangan Ratu Zaleha, Tumenggung Surapati, Tumenggung Abdul Jalil, dan pahlawan Perang Banjar Barito lainnya?
Nak, amun ikam belum pernah tahu kisahnya carilah di buku-buku sejarah, lajui baca semuanya supaya ikam paham kalau cinta tanah air itu, perlu perjuangan perlu pengorbanan dan bukan sekedar kata-kata yang dititipkan pada ingatan! (Banjarmasin, 25 Oktober 2020)
Selanjutnya Paman Birin membacakan puisi karya Chairil Anwar, berjudul Kerawang - Bekasi. Puisi ini berisi pesan moral yakni semangat melanjutkan perjuangan meskipun tidak dalam bentuk perang ataupun harus mati, tetapi lebih kepada memajukan Negara dan tetap mengenang jasa-jasa pahlawan yang telah tiada. Perjuangan para pahlawan belum selesai hingga Chairil Anwar mencoba mengetuk hati kaum muda untuk melanjutkan perjuangan para pahlawan.
Puisi ini mengandung makna yang dalam, yang menggambarkan insan-insan yang rela mati muda demi perjuangan kemerdekaan yang meminta kesadaran serta simpati insan masa kini untuk tetap mengenang mereka dan melanjutkan perjuangan untuk membela Tanah Air.
Sementara itu, Menteri Sosial dalam amanatnya yang dibacakan Paman Birin, antara lain menyampaikan pesan bahwa kita berbeda–beda, tetapi jangan sampai terpecah–pecah oleh perbedaan SARA (Suku, Agama, Ras, dan Antar golongan), karena akan membuat mundur jauh ke era sebelum Sumpah Pemuda 1928.