REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR — Kota Bogor telah memasuki fase siaga bencana, dimana 24 bencana alam terjadi dalam sehari di Kota Bogor pada Ahad (7/11). Oleh karena itu, Pemerintah Kota (Pemkot) Bogor meminta warga yang berada di titik rawan bencana untuk waspada.
Wali Kota Bogor Bima Arya Sugiarto menjelaskan titik-titik rawan yang dimaksud, seperti warga yang tinggal di daerah sempadan sungai, atau yang rumahnya berada di area dengan tanah yang labil. Seperti di Kampung Keramat, Kelurahan Panaragan, Kecamatan Bogor Tengah, Kota Bogor yang longsor dan menyebabkan korban luka pada Ahad (7/11) sore.
“Jadi tempat itu tidak bisa lagi digunakan tempat tinggal. Ini juga peringatan untuk semua warga yang tinggal di daerah yang rawan, dan tidak ada legalitasnya. Untuk secara bertahap sebetulnya bergeser,” kata Bima Arya.
Menurut Bima Arya, hal ini bisa menjadi contoh bagi warga di kawasan lain, yang kondisi tempat tinggalnya sama seperti beberapa warga di Kampung Keramat. Kendati demikian, dia sudah melihat adanya kesadaran warga untuk segera pindah dari tempat tinggalnya sebelum ada bencana susulan.
Di samping itu, dia telah meminta Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Bogor dan aparatur wilayah untuk memindahkan warga yang tinggal di titik rawan bencana. Terutama bagi korban bencana yang menderita luka, agar dibawa ke Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kota Bogor untuk dilakukan pemeriksaan lebih mendalam.
“Jadi BPBD siaga, camat lurah siaga, saya minta membantu mencarikan kontrakan tempat permanen, bukan sementara. Kebutuhan yang ada dicukupi. Ibu yang terluka saya minta nanti dibawa ke RSUD, khawatir ada luka dalam,” jelasnya.
Dia menambahkan, hingga akhir tahun ini, Pemkot Bogor melalui BPBD Kota Bogor mengalokasikan dana sebesar Rp 6 miliar. Diharapkan, dana tersebut bisa dialokasikan untuk kebutuhan warga yang terdampak.
Kepala Pelaksana BPBD Kota Bogor, Teofilo Patrocinio Freitas, berharap warga yang berada di daerah rawan bisa mengevakuasi diri sendiri ke tempat yang lebih aman. Menurutnya, hal itu harus disampaikan oleh aparatur wilayah untuk melakukan sosialisasi kepada warganya.
Theo mengatakan, warga bisa diberi sosialisasi untuk menyadari jika berada dalam kondisi terancam. Seperti saat hujan intensitas tinggi yang akhir-akhir ini kerap terjadi pada sore hungga malam hari.
“Jadi mereka kalau posisinya rawan, mereka harus bisa menilai itu sendiri karena petugas enggak mungkin melayani semua. Sehingga kita berharap bisa mengurangi risiko dari bencana,” ujarnya.