REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Nama Letjen Dudung Abdurachman menjadi kandidat kuat untuk menduduki jabatan Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD). Panglima Komando Strategis Angkatan Darat (Pangkostrad) tersebut berpeluang besar menggantikan Jenderal Andika Perkasa yang mendapat promosi menjadi Panglima Tentara Nasional Indonesia (TNI).
Pengamat komunikasi politik dan militer dari Universitas Nasional (Unas) Jakarta, Selamat Ginting membeberkan keunggulan Dudung dibandingkan perwira tinggi (pati) bintang tiga lainnya untuk menjadi KSAD. Menurut dia, Presiden Joko Widodo (Jokowi) dalam dinamika politik seperti saat ini butuh figur yang cukup berani mengambil risiko dibandingkan sejumlah jenderal lainnya.
Terlepas dari kontroversi Dudung dalam kasus pencopotan baliho Front Pembela Islam (FPI) dan Habib Rizieq Shihab (HRS) pada November 2020, tapi abiturien Akademi Militer (Akmil) 1988-B tersebut berani bertindak. Berhadapan dengan masalah lapangan yang tak bisa ditangani sipil, kata Ginting, hal itu menjadi pertempuran proxy bagi Dudung.
"Tentu bagi pendukung FPI dia dianggap cela. Namun, bagi Presiden Jokowi serta pihak yang berlawanan dengan cara FPI dan HRS, cara Dudung adalah kredit poin paling tinggi," kata Ginting kepada Republika di Jakarta, Kamis (4/11).
Baca: Mayjen Dudung di Antara Patung Sukarno dan Gatot Nurmantyo
Tipikal Dudung, menurut dia, adalah orang yang dibutuhkan Presiden Jokowi. Dalam beberapa kesempatan di Istana Kepresiden, misalnya Jokowi memuji keberanian Dudung. Ketika para panglima kodam (pangdam) dan kepala polda (kapolda) berkumpul, Ginting mendapat informasi jika Jokowi tiga kali menyebut nama Dudung untuk dijadikan contoh pemimpin yang berani bertindak.
Hal itu lantaran ketika Dudung menjadi Pangdam Jaya, ia berani memerintahkan prajurit mencopot berbagai baliho di Jakarta dan sekitarnya. "Kalian harus berani seperti Dudung, sampai tiga kali diucapkan Jokowi," ucap Ginting menirukan perintah Jokowi kepada para pangdam dan kapolda yang hadir.
Dari situ, Ginting yakin, Dudung akan menjadi pimpinan TNI. Terbukti sekarang ia menjadi Panglima Kostrad dan calon kuat KSAD. Bahkan, Dudung juga berpeluang menjadi Panglima TNI selepas Jenderal Andika penisun pada Desember 2022.
Baca: Skenario Dudung KSAD, Andika Panglima TNI
Gintin mengatakan, Dudung nyaris tidak ada tandingan walaupun ada beberapa seniornya lulusan Akmil 1988-A maupun 1987. "Terlepas juga apakah ada hubungan relasi kuasa ataupun koneksi politik antara almarhum mertuanya sebagai pengurus Baitul Muslimin di PDIP. Itulah Dudung dengan plus minusnya," kata Ginting.
Dalam catatan Republika, Dudung berani berpendapat keras menyikapi peristiwa ziarah sejumlah purnawirawan Jenderal ke Taman Makam Pahlawan (TMP) Kalibata, Jakarta Selatan pada Rabu (31/9), yang berakhir ricuh. Dudung tidak ragu melawan para sesepuh TNI yang dianggap berseberangan dengan pemerintah.
Ziarah itu dipimpin mantan Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo. Dudung menuding peserta yang datang menciptakan kerumunan dan melanggar protokol kesehatan. Selain itu, Gatot Cs dianggap belum mendapatkan izin dari Kementerian Sosial untuk melakukan ziarah.
Dudung juga pernah membuat bangga partai penguasa ketika meresmikan patung Proklamator Sukarno di Akmil, Magelang, Jawa Tengah pada 7 Februari 2020. Patung Bung Karno diletakkan di hall utama kompleks pendidikan calon perwira TNI AD tersebut.
Bisa jadi, itu patung pertama Bung Karno yang ada di ksatrian TNI. Gara-gara patung ayahnya dibuat di Akmil, Presiden ke-5 RI Megawati Soekarnoputri ikut datang menghadiri peresmian. Menhan Prabowo, Ketua DPR Puan Maharani, Kepala BIN Jenderal (Purn) Budi Gunawan, eks Kepala BIN Jenderal (Purn) AM Hendropriyono juga ikut hadir dalam peresmian.
Yang jarang mendapat sorotan adalah status mertua Dudung, yaitu Mayjen (Purn) Cholid Ghozali sangat dekat dengan PDIP. Cholid Ghozali pernah menjabat sebagai Ketua Dewan Pembina Pengurus Pusat Baitul Muslimin Indonesia (PP Bamusi). Bamusi adalah sayap organisasi Islam di partai berlogo banteng itu.
Baca juga : Legislator Optimis Andika Bawa Angin Segar untuk TNI
Cholid Ghozali juga dekat dengan suami Megawati, yaitu almarhum Taufiq Kiemas. Dalam buku biografi berjudul Mayjen TNI (Purn) Cholid Ghozali dari Belitang ke Fort Leavenworth, mertua Dudung menceritakan segalanya. Dalam buku yang diterbitkan Seknas Jokowi pada 2015, beberapa orang yang disebut menentukan karier Mayjen Cholid, yaitu Feisal Tanjung, Akbar Tandjung, dan Taufiq Kiemas.