Seleksi dilakukan dua kali oleh Kemenag yang melibatkan pakar Alquran. Seleksi kedua dilakukan otoritas UEA. Selain bagian dari kerja sama bilateral, pengiriman imam juga akan berdampak positif pada citra Indonesia.
Direktur Penerangan Agama Islam Kemenag Syamsul Bahri menambahkan imam masjid asal Indonesia diminati lantaran berpaham ahlus sunnah wal jamaah. Hal ini menjadi nilai tambah selain kemampuan dalam membaca Alquran.
Imam yang lulus ditentukan berdasarkan kualitas dan sepenuhnya menjadi hak prerogratif Otoritas UEA. UEA menetapkan standar yang tinggi terkait kriteria imam masjid ini.
"Memang standar yang mereka tetapkan cukup tinggi, meliputi hafalan Alquran 30 juz, kualitas bacaan seperti tartil dan tahsin (suara yang merdu), fikih sholat, bahasa Arab, dan berpaham moderat," tambahnya.