Ahad 31 Oct 2021 15:10 WIB

IKA UNDIP DKI Soroti Kiprah Pemuda Masa Kini

Kaum muda masa kini menghadapi tantangan yang tidak ringan.

webinar ika undip dki
Foto: istimewa
webinar ika undip dki

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Pemuda masa kini menghadapi tantangan yang tidak ringan. Setidaknya ada tiga tantangan yang dihadapi, yakni era digital yang penuh seluk beluk, dominasi milenial yang melahirkan persaingan serta saling adu kreatif dan inovasi, serta pandemi Covid-19.

Hal itu terkuak pada webinar yang diadakan Ikatan Alumni Universitas Diponegoro (IKA Undip) DKI Jakarta bertema 'Memaknai Sumpah Pemuda Ditengah Triple Stroms', di Jakarta.

"Kaum muda masa kini menghadapi tantangan yang tidak ringan. Tidak hanya bicara soal intelektual, tapi juga jaringan dan kemampuan berinovasi," kata Koeshartanto Wakil Ketua IKA Undip DPD DKI, dalam keterangannya kepada Republika.co.id di Jakarta, Ahad (31/10).

Tampil sejumlah narasumber antara lain, Prof Dr. Suharnomo (Dekan FEB Undip), Dr (HC) Susi Pudjiastuti (Mantan Menteri Kelautan dan Perikanan), Dr. Hendrar Prihadi (Walikota Semarang), Vicky Simanjuntak (Policy Advisor KemenkopUKM), dan dr. Clarin Hayes (dokter dan youtuber).

Dalam paparannya, Hendrar menjelaskan, bagaimana pentingnya menerapkan Pancasila sebagai landasan hidup meski ditengah revolusi industri 4.0. "Sejatinya, teknologi digunakan untuk mendukung, bukan menggantikan peran manusia," ujarnya.

Dia menjelaskan, saat ini saja Jepang merilis Society 5.0, di mana lebih mengedepankan peran manusia, meskipun tetap berbasis teknologi. "Dengan mengesampingkan peran manusia, maka Indonesia bisa menghadapi masalah besar, di mana pengangguran semakin meningkat, kurangnya kepedulian terhadap kemiskinan, angka kriminalitas meningkat, bahkan bisa berujung pada konflik dan perpecahan," terang Hendrar.

Pemko Semarang, sambungnya, telah menjalankan konsep 'Bergerak Bersama', yang memadukan pemerintah, perusahaan, penduduk, dan pewarta (media). "Kerja-kerja kolaboratif atau gotong royong menjadi kunci dalam memaksimalkan bonus demografi di era revolusi industri 4.0," ujarnya.

Selanjutnya, Suharnomo menyitir studi McKinsey yang menyatakan, keberadaan teknologi dapat mendorong terciptanya lebih banyak lapangan kerja. "Diperkirakan ada 23 juta lapangan pekerjaan baru bakal muncul. Namun, pekerja baru yang dibutuhkan adalah yang paham akan teknologi dan selalu berinovasi," ujarnya.

Dia meyakini kaum muda di Indonesia akan sanggup bersaing di tingkat global. Saat ini saja, jumlah start up di Indonesia adalah terbanyak di ASEAN, sekitar 1.726. Jauh dibanding Singapura (513), Filipina (194)  dan Malaysia (148).

Sementara itu, Susi Pudjiastuti mengatakan, sangat sulit bagi generasi masa kini untuk berkembang bila tidak open minded (membuka dan memperluas cakrawala berpikirnya). "Generasi muda harus dapat mencermati kondisi kekinian dan mengimplementasikan impiannya," ujar Susi.

Dikatakannya, untuk melakukan semua itu, jangan ragu untuk berinovasi dan membangun sinergi dengan berbagai pihak. "Harus memperkaya diri dengan inovasi dan hal-hal baru yang kreatif," imbuhnya.

Dua generasi muda, Vicky Simanjuntak dan dr. Clarin Hayes menilai, kemajuan teknologi mendorong anak-anak muda untuk lebih berinovasi dan kreatif. "Sayangnya, banyak orang meragukan kemampuan orang muda, sehingga peluang-peluang untuk mengembangkan diri pun menjadi lebih sempit," ujar Vicky.

Clarin juga meminta para anak muda untuk terus belajar, terlebih hal-hal baru yang berguna, seperti kemajuan teknologi, informasi, dan pengetahuan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement