Rabu 27 Oct 2021 15:17 WIB

Menko PMK: Jangan Punya Rencana Mudik pada Akhir Tahun

Menko PMK imbau warga tak mudik pada akhir tahun untuk cegah lonjakan Covid.

Menteri Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (PMK), Muhadjir Effendy.
Foto: Dok Kemenko PMK
Menteri Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (PMK), Muhadjir Effendy.

REPUBLIKA.CO.ID, SOLO -- Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK), Muhadjir Effendy, mengimbau warga tidak mudik pada akhir tahun. Hal itu untuk mencegah peningkatan mobilitas yang dapat menyebabkan lonjakan penularan Covid-19.

"Pokoknya sementara jangan punya rencana mudik, jadi tidak usah beli tiket dulu," katanya saat melakukan kunjungan kerja di Solo, Rabu (27/10).

Baca Juga

Muhadjir juga mengemukakan kemungkinan pemerintah memperketat pembatasan aktivitas warga menjelang akhir tahun guna mencegah peningkatan penularan virus corona. "Kemungkinan besar akan kami atur secara ketat seperti tahun lalu, jangan dicurigai macam-macam, ini demi keselamatan dan kemaslahatan masyarakat Indonesia," ujarnya.

Menurutnya, pemerintah sudah menghapus cuti bersama menjelang Hari Raya Natal dan Tahun Baru (Nataru) guna menekan pergerakan warga. "Nataru tidak ada cuti, libur tanggal merah kan hari Sabtu semua itu," katanya.

Ia menjelaskan bahwa pemerintah sudah mengantisipasi kemungkinan terjadinya peningkatan penularan Covid-19 akibat peningkatan pergerakan warga pada akhir tahun. "Walaupun sekarang kasus Covid-19 sudah landai dan turun, tidak boleh kemudian kita lengah, harus tetap waspada tinggi," katanya.

"Nataru ini kalau kita los tanpa ada pembatasan atau aturan, biasanya diikuti dengan pergerakan orang besar-besaran dari satu tempat ke tempat yang lain, kemudian pasti akan dibarengi dengan kasus Covid-19," jelasnya menambahkan.

Muhadjir mengatakan, pemerintah berusaha membatasi pergerakan warga guna mencegah terjadinya gelombang ketiga penularan Covid-19 seperti di negara lain. "Sekarang kan Eropa hampir semua negara mengalami kenaikan (kasus) yang sangat drastis. Amerika Selatan, kemudian Singapura, yang kemarin katanya paling hebat menangani Covid-19, sekarang justru mengalami keparahan yang luar biasa. Jepang juga, Korea Selatan juga," katanya.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement